Nasihat Mencintailah Karena Allah
Jumat, 17 Februari 2017
Tambah Komentar
Kau harus mengeratkan mencintainya karena Allah, Fik! Bukankah kau tidak menyangka bahwa kau akan ‘dipertemukan’ dengannya dan kau sangat terkejut tatkala engkau ‘seakan’ harus menemukannya? Padahal engkau tidak mengetahuinya, tidak mengenalnya, kecuali sedikit? Bahkan tidak pernah berbicara dengannya!
Sekarang, saya kembalikan ingatanmu, tentang pertemuanmu denganku: apakah dulu engkau teryakinkan bahwa kau harus mendekatiku? Kau bakal sedekat ini denganku? Dan kau bakal seakrab ini denganku? Bukankah engkau tidak pernah menyangka bahwa kita bakal didekatkan, dengan durasi waktumu yang hampir punah dalam lingkungan kekuasaanku, lalu kau berkata:
Kenapa aku merasa dekat denganmu di saat waktuku habis dalam kekuasaanmu?
Jawabku, karena memang begitulah kita harus bertemu, dengan begitu, engkau akan menjalin sesuatu yang itu disebut ‘rindu’; rindu yang tak bernafsu, rindu yang ‘ganjil’, rindu yang paling aneh engkau alami: karena engkau merindukan sosok lelaki dan saat bertemu tidak tahu harus bersikap bagaimana? Karena aku adalah gurumu, karena aku bukanlah menjadi pendamping hidupmu, karena aku bukan menjadi ‘pertumpahan’ syahwat berahi kemanusiaanmu.
Guru adalah membimbing muridnya, mencapai kebahagiaan, serta mengobati penyakit yang kau dera, taufik. Kau tahu penyakitmu adalah penyakit yang mengerat di dalam dirimu, dan tiada obat yang paling mujarab kecuali melalui dirimu, sendiri. Dan aku, tidak punya kuasa untuk menyampaikan hal itu padamu waktu itu, karena memang belum saatnya engkau mendapatkan seperti itu.
Sekarang, engkau telah mengetahui, bahwa obat mujarab terhadap penyakitmu adalah engkau sendiri, namun, segala godaan di dalam diri adalah sesuatu yang lebih buas dan kau telah mengetahui itu, akhirnya engkau meminta pertolongan dengan senantiasa mengikat gurumu, mengikat aku, kau ikatkan dirimu padaku, bagus. Itulah keharusan. Dan aku tidak merasa bahagia, juga bangga, atau gembira, atau sesuatu yang layak dikatakan tentang kesomobongan. Jawabku, karena itulah takdir kita.
Kau harus mengikuti, dan kau harus melihatku, lebih dalam dan lebih lama. Engkau harus menjadikanku cermin untuk menerobos kepada ‘sesuatu’ yang lain, bahkan tentang ‘ketuhanan’ atau tentang sejarah kemanusiaan.
Dan ketentuan ini, Fik, ini telah ditakdirkan oleh-Nya, yang menguasai semesta raya—dan kau harus mempermudah tentang-Nya; kau tidak boleh meribet-ribetkan tentang siapa Allah sesungguhnya? Kenanglah masa dikala agama-islam muncul, tawaran tentang Allah adalah sesuatu yang sangat realitas: berimanlah kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi, dan yang menciptakan asal-usul manusia, allahlah yang menghendaki tentang kehidupan. Allah telah menseting tentang kehidupan. Begitu— di kita telah diseting oleh-Nya.
Karena kau menggunakan ‘rasiomu’, maka pertahankan rasiomu dengan kalimat ini: cintailah dia karena Allah. cintailah aku karena Allah. cintailah siapa-pun karena Allah. karena engkau tahu, bahwa allah itu meliputi segala sesuatu—maka terapkanlah dalam cangkang pemikiranmu, bahwa Allah itu sungguh-sungguh meliputi segala sesuatu. Dan jangan kau lerai atau cari makna dari kalimat yang sederhana dan mudah: meliputi segala sesuatu. Mudahkanlah kalimat itu dari pemahamanmu, dengan begitu, engkau akan menerima apa itu yang menyerbumu dan cintamu itu tidak akan ‘keterlaluan’ apalagi kepada sesuatu yang itu tidak kekal: mencintai manusia, manusia itu akan mati. Mencintai barang, barang itu akan usang. Mencintai harta, harta itu tidak abadi. Oleh karennya, janganlah berlebihan terhadap cinta kecuali cinta kepada-Nya, dengan cara, patuhilah perintah kanjeng Nabi, semampumu—aku tidak menyuruhmu untuk ‘plek’ dengan Kanjeng Nabi, tapi perlahan-lahan, bertahaplah, ingat: al-quran itu turun bukan mak-glezeg, melainkan bertahap dari tahun ke tahun: hal ini pun memotovasi dirimu tatkala ingin menghafalkan al-quran: hafalkan al-quran perlahan-lahan dan kokoh jalankan hafalanmu tersebut, jalankanlah dan ulang-ulangilah.
Sungguh, apa-pun telah diseting oleh-Nya, cintamu, kerinduanmu, dan pertemuanmu, telah diseting oleh-Nya: begitu juga dengan pertemuan kita, telah diseting oleh-Nya. Percayalah dengan hal itu, Taufik.
Dan karena kamu aktif menggunakan rasiomu, maka aktifkanlah upaya untuk menjalankan keislaman yang dianjurkan: mencintainya, tidak dilarang, tapi hati-hati terjebak akan cinta kepada manusia, dan itu mampu melalaikanmu, mampu melalaikanmu dengan tujuanmu yang sesungguhnya. Kenalilah, saat kau menemukannya, ini adalah proses kau berusaha sekali lagi ‘lebih rekat’ dengan-Nya.
Berupayalah…
2017
Belum ada Komentar untuk " Nasihat Mencintailah Karena Allah "
Posting Komentar