Nasihat Para Pencari Ilmu Itu ‘Tukang Baca’










Taufik, kenalilah para pencari ilmu itu tukang baca, kalau engkau belum bermaniak benar saat membaca, berarti engkau belum benar-benar pencari ilmu yang sesungguhnya, jika pembacaanmu sekedar tentang pembacaan konsentrasimu, maka engkau belum benar-benar mengerti tentang kehidupan, kalau engkau sibuk membaca kehidupan maka engkau belum menjadi hidup yang sesungguhnya—dan yang saya tawarkan kepadamu ada pada dunia kata-kata, yang bertujuan, agar engkau membaca. cermatilah rangkaian kata-kataku. Sungguh, kata-kataku tidak seterang gamblang memberi petujuk praktis, kamu harus begini, begini, begini, dan begini; karena kepraktisan buatmu, teramat dangkal, dan engkau sangat mengetahui tentang hal itu, namun, aku menawarkan kepadamu tentang sesuatu yang lebih besar; yang dorongan agar engkau membaca yang jumlahnya akan banyak dan melimpah.—kalau engkau belum ‘menjadi’ hidup yang sesungguhnya, maka kehidupanmu adalah laksana ketiadaan. Layaknya seorang pengembara yang tidak punya tujuan terhadap kehidupan.



Jangan sebatas tujuan itu adalah akan kembali kepada-Nya, ingatlah engkau adalah pencari ilmu, setiap manusia-muslim telah mengetahui bahwa bakal kembali kepada-Nya; namun jika engkau memaksa dan berkukuh bahwa tujuan itu adalah kembali kepada-Nya, maka kamu harus menerima ‘realitas’ apa adanya, tanpa harus protes, tanpa hatimu berkomentar, tanpa hatimu bergeram, tanpa kegembiraan, tanpa raut kesedihan: sebab semua adalah milik-Nya, apalagi yang penting dipertahankan dan apalagi yang penting diupayakan?



Sudah! Jangan berupaya, karena semua telah digaris oleh-Nya.

Sudah! Jangan berdaya, karena semua didaya oleh-Nya.

Sudah! Jangan belajar, karena semua adalah milik-Nya.

Sudah! Jangan makan, karena begitulah kehendak-Nya, sampai Dia mengirimkan makanan buatmu.



Yakinlah kalau memang begitu adalah kehendak-Nya, Kalau engkau mempertahankan itu, dan siap menjadi seperti itu; jadilah, jangan tanggung-tanggung, peganglah prinsip itu, pasti engkau tetap hidup. Peganglah prinsip itu, pasti engkau hidup. Dan terasa nyaman; nyaman karena engkau adalah orang kecil yang jalinanmu adalah kecil, yang tanggung jawabmu adalah kecil, yang bebanmu adalah kecil.



Jangan bangga menjadi orang besar, karena itu mempunyai tanggung jawab besar.

Jangan bangga menjadi orang pandai, karena itu mempunyai tanggung jawba terhadap kepandaian.



Jika kamu memilih terjun selain itu, dan sayangnya, engkau terjun bukan tentang hal tersebut, engkau berharap mendapatkan materi juga ruhani, maka engkau harus berjuang keras untuk duduk bersama orang-orang berilmu—dan duduk bersama orang-orang berilmu itu tidak harus dalam status klaim akademisi, tidak melulu sesuatu yang disebut guru; andai engkau gunakan mata-hatimu untuk melihat, maka dimana pun engkau akan bertemu dengan orang beilmu---



Tapi sekarang, kendalamu kurang rajin dalam membaca—bukan berarti engkau tidak rajin dalam membaca, tapi kurang membara tentang apa yang engkau baca—jangan alasan tidak ada ‘buku’ untuk membaca, zaman sekarang, banyak tawaran untuk membaca; jangan dibakar ambisi untuk memiliki buku-buku yang macem-macem dan bertumpuk-tumpuk, tapi bangunlah jiwamu, untuk membaca, tunaikan gairahmu untuk mengetahui, untuk memahami, sungguh engkau adalah dungu dan layak disebut dungu, karena engkau tidak rajin membaca, sehingga engkau menklaim ini dan itu dengan mudah.



Saat engaku rajin membaca, maka engkau akan menjadi orang yang bijaksana; atau menjadi orang yang berteguh-pendirian yang kuat.



Kenanglah, seluruh orang muslim itu rajin memabaca, membaca sejarah, juga tentang kemanusiaan; tidakkah engkau ingat adanya al-quran menawarkan sejarah? Tidakkah engkau ingat bahwa al-quran itu telah turun dalam waktu yang lama?



Tancapkan dalam hatimu, para pencari ilmu itu adalah para ‘tukang baca’, jika pun tidak membaca yang lain, maka mereka akan sibuk membaca dirinya sendiri, sibuk mengoreksi tentang ‘pengetahuan’ di dalam dirinya. Terlebih lagi, kalau kau mengaku si pencari ilmu, maka harus rajin membaca.



Jika engkau tertekan dengan pembacaanmu. Kataku, engkau tidak harus tertekan terhadap pembacaanmu. Itu bukan tekanan, tapi itu kemalasan, Fik. Dan kamu senang digoda oleh perasaan ‘sombongmu’ terhadap ilmu dan membiarkan ‘perasaanmu’ menjadi raja dan akhirnya engkau menduga-duga bermain fantasi yang tidak tertuangkan, menjadi fantasi dalam bayang-bayangmu, dan ingatlah seluruh gerak-gerik itu ada yang mengawasi; andai engkau berfantasi, maka baiknya engkau tuliskan, dengan begitu, engkau akan mengerti dan mengoreksi apa yang engkau fantasikan. Dengan menulis, akan menjadi obat dari pembacaanmu. Begitulah taufik, setelah menjadi tukan baca, maka pencari ilmu menjadi tukang pengabar baca.



2017

Belum ada Komentar untuk "Nasihat Para Pencari Ilmu Itu ‘Tukang Baca’"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel