Nasihat Cinta kepada Mahluk dan Cinta kepada-Nya









Katakan padaku, apa yang membuatmu terbelenggu, Fik, apakah kau ingin membicarakan cinta kepada mahluk dan cinta kepada Allah? Apakah kau ingin mengabungkan yang kedua itu menjadi satu: yakni cinta. Ketahuilah, cinta kepada mahluk itu disertai dengan nafsu-gairah-kemanusiaan, sementara cinta kepada-Nya, tidak bisa disertai dengan nafsu-kegairahan-kemanusiaan. Bukankah cintamu itu disertai dengan kegairahan kemanusiaan? maka itulah kapasitas cintamu: masih cinta kepada mahluk. Terimalah statusmu.

Tidak salah engkau mencintai mahluk.

Tidak salah engkau mencintai lawan jenismu,

Tidak salah engkau mencintainya.

Ketahuilah, itu wajar, itu sangat wajar. Karena itu adalah masamu, itulah masamu sekarang: kamu harus mencintai mahluk, Fik, tujuannya, dengan cinta kepadanya, maka engkau akan hidup selayaknya manusia hidup, bersamaan dengan itu, maka engkau menjalankan proses hidup, yang mana itu harus bekerja dan mempertahankan hidup, setidaknya mempertahankan keluargamu. Dan kalau engkau, tetap mempertahankan (artinya, disertai dengan) pengetahuan keilahian, maksudnya, beralaskan iman, maka engkau mampu mencintai-Nya dengan cara mencintai keluargamu, hanya saja, tetapkan, pada hatimu, bahwa cintamu selalu tertuju kepada-Nya. Cintamu diserahkan kepada-Nya, Allah, yang menguasai semesta raya; sebab, kalau engkau menyandarkan cintamu kepada mahluk, maka tentu, engkau akan diperbudak oleh mahluk, sebelum engkau menjadi budak oleh mahluk, maka engkau penting mempersiapkan bahwa engkau adalah menjadi hamba-Nya.

Mencinta-Nya adalah kekal, karena Allah Maha Kekal, sementara mencintai mahluk, itu tidak kekal, karena mahluk itu tidak akan kekal: bisa saja, isterimu meninggal terlebih dulu, bisa saja, anak-anakmu meninggal terlebih dulu. Oleh karenanya, engkau harus tetap mencintai-Nya, itu nomer satu: yakni, iman kepada Allah, dan caranya, engkau harus terus belajar tentang iman-iman yang lain. Yakni, iman kepada Rasul, Malaikat, Kitabullah, Hari Akhir, dan qodo dan qodar.

Kembali tentang soalmu. Apakah kau akan mencampurkan antara cinta mahluk dengan cinta kepada Allah? ingatlahlah, ayat yang menghampirimu: telah datang yang hak dan yang batil. Maka harus ada perbedaan, tidak bisa disamakan: allah itu tidak bisa disamakan dengan mahluk-Nya. Kalau kamu menyamakan, atau mengumpamakan, berarti salah dengan pemikiranmu.

Cintailah dia karena Allah. Apakah mencintai harus tidak mempunyai gairah-kemanusiaan? Sunguh gairah-kemanusiaan itu wajar, karena itu yang di miliki oleh manusia, Fik. Terimalah itu. jangan protes! Begitulah manusia, dibekali dengan gairah-gairah kemanusiaan.

Begini saja, sekarang, cintailah dia, jangan urusi tentang ‘Allah’: jangan ada embel-embel tentang diksi tentang ‘Allah’: apakah engkau mampu mencintainya tanpa ‘pengetahuan’ –keallahan--? Sungguh, pengetahuan itu, adalah pengetahuanmu, Fik. Andaikata, engkau tidak mempunyai pengetahuan tentang ‘Keallahan’ bukankah cintamu sekedar cinta kepadanya, yakni cinta tentang ‘nafsu’, cinta tentang kemanusiaan, dan apakah itu salah? Jawabnya, tidak! Sebab, tidak semua orang mengetahui tentang hal tersebut. tidak semua adalah orang yang bergiat dalam ilmu agama. Tidak semua orang sibuk dengan ilmu agama. Jika pun, engkau ditaburi dengan cinta kepada Allah, bukankah itu adalah kewajaran karena engkau berpengetahuan tentang keallahan?

Sudah! Ringankanlah hidupmu. Cinta itu, wajar. Cinta itu adalah hak dari seluruh manusia. Hanya saja, cinta setiap orang berbeda, karena kapasitas manusia itu, berbeda. Terlebih lagi, kamu mahluk, bagaimana kamu tidak mencintai mahluk. Itu wajar, Fik. Begitu ya…

Belum ada Komentar untuk "Nasihat Cinta kepada Mahluk dan Cinta kepada-Nya "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel