Nasihat Mengarah kepadanya






Seberapa hebat kau menahan diri untuk tidak mengarah kepadanya? Padahal telah terang bahwa arahmu, ‘harus’ kepadanya. Dialah yang menjadikanmu ‘hidup’, yang ‘memahamkanmu’ akan makna hidup. Belum cukup buktikah bahwa dia yang menjadikanmu ‘hidup’, memahami ‘arti’ hidup? Katakan, padanya, kau harus berani ‘menyerahkan’ dirimu, seluk-beluk pemikiranmu kepadanya: biarkan dia tahu apa yang memberatkanmu, biarkan dia tahu bahwa kau membutuhkannya. Bukankah lidahmu berani berkoar-koar kepada manusia, mengapa kepadanya teramatnya payah? Dan janganlah kau samakan dia dengan yang lainnya; yang mana, kau menceritakan dirimu, namun masih ada tabir bahwa kau menceritakan dirimu.

Terangkanlah dirimu kepadanya. Seterang-terangnya.

Jujurkanlah dirimu kepadanya. Sejujur-jujurnya.

Ulur-panjangkan apa yang ada dalam dirimu sebenarnya. Sesungguh-sungguhnya.

Selain kepadanya, kepada siapa kau jujurkan dirimu penuh?

Oleh karenanya, tunjukan dirimu padanya, lebih terang, dan nyata kepadanya. Biarkan dia ridho denganmu, supaya dirimu ridho dengannya.

Jangan ragu kepadanya! Dan kau tak boleh ragu. Dialah yang menerangi malam-malam gelapmu. Dialah cahaya malammu yang membedakan perkara hak dan batil. Apakah engkau berusaha menyatukan yang hak dan yang batil dengan cara tetap menggelapkan malammu? Dialah cahaya yang menjadikanmu memahami yang hak dan yang batil.

Memangnya, seberapa kuat kau mampu menahan diri untuk tidak mengarah kepadanya? Padahal telah nyata harusnya kau mengarah padanya. Membuktikan tentang ‘sungguhan ilmu’ darinya.

Karena dia engkau mempunyai tujuan.

Karena dia engkau mempunyai harapan.

Karena dia engkau bergregah mempertahankan.

Karena dia engkau berdaya lebih merekatkan.

Karena dia engkau mempunyai tujuan.

Bukankah tak ada yang lebih memuaskan kecuali mengarah padanya? Jika pun banyak tekanan, ujian dan rintangan menghampiri, bukankah suatu kewajaran, Fik: hidup adalah tentang ujian. Namun, saat engkau bersamanya, bukankah engkau tambah menerima bahwa ujian memang harus ada? Bersabarlah.

Kau telah merasakan hidup tanpa tujuan laksana perjalanan yang tak mempunyai arah dan itu payah.

Kau telah merasakan hidup tanpa tujuan adalah ketidakadanya gairah yang seharusnya memang ada.

Dengan dia, engkau melihat tujuan.

Dengan dia, kau merasakan kegairahan.

Bersamaan dengan itu, nasihatku, bersabarlah, dan teruslah menjalani sesuatu tentang kebaikan, dan keburukan itu memang selalu ada, dan tetaplah engkau dalam naungan kebaikan, dan ingat, bersyukurlah karena engkau telah menemukan dia yang menjadikanmu hidup. Telah datang pertolongannya dan kemenangan atas dirimu. Bersyukurlah. Selain itu, tetap arahkan dirimu padanya. Bersamalah dalam kebahagiaan yang kekal. Dan kau tahu dimana letak bahagia? Bukan pada wujud-wujud melainkan di dalam diri, di dalam hati.

Jika engkau masih menahan diri untuk tidak mengarah padanya, kataku: seberapa hebat kau menahan, dan bukankah engkau merasakan denyut-denyut kepayahan tatkala menahan dalam dirimu, dan engkau masih sombong mengandalkan keakuanmu, padahal ada dia, padahal bersamanya:

Kau pikir ini tentang hidupmu saja. Bukan! ini tentang kau dan dia.

Kau pikir ini tentang kau saja: dan kau seakan berkuasa. Tidak! Dia punya rencana.

Sudah! Jangan ragu kepadanya, dan kau tak boleh ragu. Dialah yang menerangi malam-malam gelapmu. Dialah cahaya malammu yang membedakan perkara hak dan batil. Apakah engkau berusaha menyatukan yang hak dan yang batil dengan cara tetap menggelapkan malammu? Dialah cahaya yang menjadikanmu memahami yang hak dan yang batil.

Bergiatlah…

Belum ada Komentar untuk "Nasihat Mengarah kepadanya "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel