HOI ANAKKU: AKU MEMAKSAMU MASUK TALI ‘ISLAM’
Minggu, 26 Februari 2017
Tambah Komentar
Di zaman yang telah blak-blakan ini, saya tidak tahu harus bagaimana mengajarimu, kecuali semampu dayaku untuk menggiringmu kepada ‘tali’ islam, dan kuat-kuat mengajarimu tentang ‘kegamaan’ islam, dan kelak, andai engkau protes, proteslah, saya menerima apa yang engkau proteskan; jika engkau protes dengan apa yang aku pilihkan, proteslah, tapi saat engkau masih anak-anak, aku akan senantiasa mengajarimu tentang agama, dan kuat-kuat terhadap keagamaan;
Aku akan mengekangmu, kuat-kuat—dan ini adalah tujuan supaya engkau terikat dalam tali agama, jika engkau menjadi dewasa, atau remaja, engkau telah ‘mempunyai’ bekal keagamaan, telah mempunyai belak menjadi manusia yang beragama. Yang saat engkau dewasa, maka lihatlah ‘tulisanku’ ini, lihatlah dengan terang dan jelas, apa yang telah aku beritahukan:
Dunia itu sarat dengan tipuan dan godaan, dan mampu menjadi lebih angker tinimbang keangkeran, engkau tidak bisa menghindar dari zamanmu, engkau tidak bisa menghindar dari zamanmu, oleh karenanya, pastilah engkau akan terpengaruhi oleh lingkunganmu, dan aku menghendaki bahwa sejak kecil engkau akan kujerat pada tali kekuasaanku—dan aku memohon ampun kepada-Nya atas segala ‘kekuasan’ yang kuhendaki menggunakan akalku; dengan masuk pada ranah-ranah islam, dan aku akan mengontrol tentang perkembangan pengetahuanmu, menagih data-data hafalanmu, dan mengonsentrasikan kepada ranah keislaman.
Sungguh, aku tidak berharap engkau menjadi kiai atau wanita yang alim super alim, tidak! Tapi menghendakimu jalan yang baik buat dirimu. Jalan yang terang buat dirimu, yakni dengan menancapkan islam kuat-kuat pada dirimu. Tentang rumus-rumus dunia yang telah terbuka ini; mengajarkanmu untuk lebih ‘spesifik’ dan menjadi ahli dalam hal keagamaan.
Sungguh kehidupan adalah ajang tentang penampakan dan pameran, dan kemunculan hasrat-hasrat kemanusiaan; karena memang nafsu kemanusiaan itu adalah alami yang dimiliki oleh manusia, maka secara tidak langsung akan meresap olehmu, apalagi ini zamannya informasi dan engkau akan melihat taburan informasi layaknya kerlap-kerlip yang menyilaukan ‘harapanmu’, engkau akan terdorong pada lubang keindividuan yang dalam, dan berupaya ketat untuk memuaskan hasratmu. Begitulah zaman sekarang.
Kemunculan hasrat-hasrat kemanusiaan yang melekat dalam diri. Kebermunculan kehendak-kehendak tentang individualis manusiawi. dan manusia-manusia menunjukan keunikannya, wujud manusia. Tentang keberlimpangan manusia—itulah tawaran saat dunia semakin blak-blakan. Zaman semakin terbuka, dan kau bisa menjalin dari tempat ke tempat lain yang itu tidak bertempat. Inilah zaman postmodern, zaman dimana technology merebak dan technology semakin marak dalam kehidupan manusia.
Kehidupan menjadi jalinan yang sarat akan materialistis dan sarat dengan konsumeristis; mau tidak mau, orang bakal mengonsumsi berita, mau tidak mau orang bakal mengonsumsi informasi—inilah zaman informasi, inilah zaman semakin terbuka; zaman serba duit, zaman serba konsumtif: dengan uang, maka segalanya menjadi lancar, dengan uang maka segalanya menjadi mulus.
Keimanan pun, yang letaknya di dalam, mampu dibeli dengan uang. Rasa iman memang menempel di dalam diri, tapi tentang wujud keislamannya yang berkurang, karena telah ‘beli’ oleh uang; uang menjelma raja. Inilah zaman sekarang, uang menjadi prioritas utama dalam jalinan kehidupan ini; tawaran keuangan menjadikanmu bermanja-manja dengan ‘nafsu-kemanusiaanmu’; kau ingin ke eropa, ke arab, ke mekah, ke timur tengah, demi ‘memuaskan’ dahaga jiwamu. Oleh karena itu, aku mengengkangmu pada tali islam. sibuklah dalam ‘kepentingan’ atas nama komunitas islam; sibuklah dalam hal itu, sampai engkau tidak kepayahan akan keduniaanmu.
Berlatihlah tentang keilmuan islam, sungguh ilmu islam itu luas dan berakar-akar; apa yang kau cari? Pasti dalam ilmu islam itu telah dibahas; soal fikih, tafsir modern, atau fikih modern, atau keimanan modern, atau tentang sufisme, atau tetang apa-pun; sungguh kajian keislaman itu luas. Maka, engkau harus sibuk dengan tali islam, saat engkau mulai dewasa, maka dengan segera carilah jodoh, jangan khawatir tentang dunia—dan syaratnya itu; engkau harus hafal-hafal hal-hal dasar tentang keislaman, tujuannya guna menyelamatkan kehidupan duniamu. Jadi, saat engkau menikah dan menjadi kere secara materi itu hal yang wajar, yang pasti hatimu kaya dan engkau mempunyai kesibukan dalam ranah-ranah keilmuan; yakni menyempurnakan keilmuanmu.
Ketahuilah, tali keislaman itu kokoh; kelak, saat usiamu mulai menginjak balig, maka akan aku kirimkan pada pondok pesantren yang berlingkungan baik, dan akan aku titipkan kepada Kiai: menitipkanmu kepada kiai dan memintanya untuk menjadi ayah kandungnya. Menjadikan dirimu adalah hambanya, dan aku tentu akan memberikan kebutuhan-kebutuhanmu yang mana aku berikan kepada ayah barumu.
Yakinlah bahwa ayahmu tidak mampu mendidikmu dengan benar makanya aku titipkan kepada yang lain, guna mendidiknya, tapi yakinlah kasih-sayang orang-tuamu berdaya sungguh untuk membahagiakanmu.
2017
Belum ada Komentar untuk " HOI ANAKKU: AKU MEMAKSAMU MASUK TALI ‘ISLAM’ "
Posting Komentar