WEJANGAN Sendiri dan Keramaian, tetap ingat: Allah itu Ada.










Taufik, apa bedanya sendiri dan keramaian? Bukankah dalam keramaian engkau merasa sendiri, dan saat sendiri engkau merasa dalam keramaian? Keramaian pemikiranmu, keramaian yang sangat menyibukkanmu; begitu juga tatkala engkau menghamba, Taufik.



Ingatlah, bahwa engkau itu senantiasa menjadii hambanya, Allah. jangan lalai dengan diksi itu, Taufik.



kau boleh melakukan kegiatan apa-pun itu, tapi ingatlah bahwa engkau masih hamba-Nya, engkau senantiasa diawasi oleh-Nya, sayangnya, seringkali 'nafsu' kemanusiaan menutupi tirai-tirai tentang-Nya, siapa yang menutupi? Tentu dirimu, yang kurang kencang untuk mengikat pikiran, bahwa

Allah itu Maha ada dan Allah itu tidak tidur.



Hati-hati diserang godaan untuk dipuji—ingat seluruh puji itu kembali kepada-Nya

Hati-hati diserang untuk ditinggikan—ingat seluruh eksistensi adalah milik-Nya

Hati-hati diserang untuk atas nama—ingat seluruh mahluk itu dalam rencana-Nya



Oleh karenanya, ikatkanlah dirimu, bahwa senantiasa Allah itu ada, entah dalam keramaian atau dalam kesepianmu; dia mengawasimu, dia mengetahui gerak-gerikmu, begitu juga dengan Dia telah merencanakan segala sesuatu, tapi kau harus percaya kepada-Nya, engkau harus yakin kepada-Nya. Yakin, pada dasarnya adalah perkara yang mudah, Taufik. Namun mempertahan keyakinannya itulah yang sulit, mengistiqomahkan, menerus-teruskan apa yang diyakini, itulah yang sulit. Apakah kau tahu sebabnya mengapa hal itu sulit? Karena kita berusaha mengikatkan diri, sementara watak alami manusia tidak mau diikat.



Manusia maunya bebas, merdeka! Bebas, tidak ada aturan. Tapi Allah itu mempunyai aturan, Taufik. Telah terang aturan Allah; jika aturannya payah, maka tugasmu adalah menjalankan keyakinannya—aku tidak gegabah menyuruhmu, untuk mengikatkan diri pada ibadah, yang pasti, tinjau ulanglah keyakinanmu; kenapa begitu, karena bersama dengan memuncaknya keyakinanmu maka kau akan mewujudkan keislamanmu, sebab tawaran islam itu sangat realistis bagi jiwa kemanusiaan; semakin imanmu menguat, maka semakin gencar kau menjalankan sunah-sunah Rasul. Ingat dan camkan ini: sunah Rosul itu bukan tentang serta-merta tentang shalat dan wudhu belaka; tapi seluruh aktifitas hariannya kanjeng nabi: yang kemudian menjadi manusia beradab! Bukankah engkau telah mengkaji beberapa kitab hadist, dan engkau menyaksikan bahwa saat mentari terbit sampai tenggelam, sampai fajar lagi: kanjeng nabi telah mengajarkan sesuatu.



Selain itu, ingatlah, keselamatan itu pada dasarnya tanggung jawab individu-individu, Taufik, oleh karenanya, selamatkanlah dirimu, selamatkanlah dirimu dari api neraka yang bahan nyalanya termasuk dari manusia.



Maka senantiasalah ingat bahwa seluruhnya kembali kepada-Nya dan seluruhnya dikuasai oleh-Nya, dengan begitu; dalam kesendirian atau pun keramaian, engkau akan menjaga perilakumu, engkau akan membatasi sesuatu tentang ‘nafsu’ kemanusiaan; nafsu kemanusiaan tidak dilarang, namun semakin nafsu itu diumbar maka itu merepotkan dirimu sendiri, maka akan menggalaukan dirimu; bayangkan, andai setiap muslim ‘sibuk’ menjaga ‘nafsu-kemanusiaannya’ masing-masing, bukankah yang terjadi adalah tentang perwujudan adab yang baik? Perilaku yang baik! System yang baik! Bekerja yang baik, dan semuanya serba baik.



Jika engkau melihat keburukan-keburukan—berarti ‘Allah’ menampakkan tentang siapa penghuni-penghuni neraka-Nya, dan kamu senantiasa mawas diri dan ingat, bahwa ada siksa yang menanati, ada siksa yang menunggu, yang kelak dirimu akan dipertanggung jawabkan; yang kelak dirimum akan diuji secara keseluruhan, ingatlah itu, Taufik.



Oleh karenanya, saat sendiri atau pun keramaian, tetaplah ingat, bahwa Allah yang maha ada. Ada Allah yang maha mengetahui. Ada Allah yang maha mengawasi.



2017

Belum ada Komentar untuk "WEJANGAN Sendiri dan Keramaian, tetap ingat: Allah itu Ada."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel