Nasihat Tentang Suratan Malam





Kau tidak harus ‘geram’ karena ternging dengan suratan-malam, Fik. Bukankah kau telah terbiasa dengan sesuatu yang disebut dengan malam; engkau menyukai malam, menyukai sepi, dan engkau jadilah malam sebagai cahaya dan siang kau terkapar lelah dan seakan males, karena aku gantikan malam dengan siangmu, dan siang dijadikan malammu.

Itu prinsip yang tidak baik, Fik. Dan engkau telah mendengar itu, dan terlebih lagi engkau sebenarnya mengetahui tentang ayat-Nya: bahwasanya malam itu untuk istirahat dan siang untuk mencari karunia-Nya. Tapi engkau menghelak, engkau menolak, karena ketika matahari menyala, kamu sosok lain, menjadi sosok yang itu bukan sosokmu; kau gembira dengan sosok-sosok tersebut, dan kau lupa bahwa kau pun adalah bagian dari sosok dan harus menunjukkan sosokmu, Fik.

Kau harusnya bergembira karena kau diingatkan tentang perjalanan malam, Fik, suatu keadaan yang dingin, sejuk, damai, yang tentu mempengaruhi tentang ‘kedamaian’ diri, Fik. Hingga akhirnya, kau didatangkan oleh percikan suratan malam:

Katakanlah, Fik, Telah datang perkara yang hak dan yang batil, dan yang batil pastilah kalah. Dan diturunnya al-quran sebagai obat dan ramat buat orang-orang yang beriman…

Kalau pikir-pikir, Fik, mengapa suratan itu datang kepadamu? Bukankah engkau mampu berpikir, dan bertanya-tanya dengan akalmu: mengapa? Mengapa? Kok bisa? Kok bisa?

Jawabnya, karena engkau ditakdirkan untuk mencintai malam, karena engkau digiringkan untuk ‘damai’, dan dalam prosesnya, maka engkau harus ‘bergiat’ pada suatu keadaan yang itu disebut, malam, yang kemudian, bersamaan dengan proses juga: semuanya bagimu adalah waktu yang mampu menjadikan damai. Namun, untuk mendapatkan itu, engkau harus menerima dulu, sesuatu yang itu tidak mendamaikanmu. Dan engkau harus menerima itu dengan sungguh-sungguh!

Jangan protes!

Jangan marah!

Jangan kecewa!

Jika kau protes, maka itu adalah manusiawi, Fik. Jika kamu marah, maka itu juga menusiawi. Kalau kamu kecewa, maka itu juga manusiawi. dan karenanya, itu, menjadikanmu penting dipertanyakan tentang keimananmu: iman kepada Allah.

Berarti, imanmu masih tipis, Fik.

Imanmu, masih ecek-ecek.

Imanmu, masih rapuh.

Dan cara menebalkannya, tidak ada cara lain kecuali belajar, kecuali berupaya untuk mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, untuk mengetahui apa yang belum kamu ketahui: sekarang, yang menjadi soal adalah sudahkah engkau mengetahui sesuatu yang tidak engkau ketahui?

Aku melihat gelegatmu mengetahui banyak, tapi tidak mengetahui. Membaca banyak tapi tidak memahami. Oleh karenanya, kembalilah ke hal dasar-dasar ulang, Fik. Kajilah hal-hal dasar ulang, supaya engkau menjadi ‘memahami’ apa yang engkau ketahui: dan itu syarat supaya imanmu tebal.

Kembali lagi ke iman: apa itu iman? Yakni percaya. Berapa tebal kepercayaanmu kepada-Nya, Fik? Jawabanya, berapa tebal pengetahuanmu tentang-Nya, dan juga berapa sering engkau paham dengan-Nya.

Jika hari ini engkau laksana berjalan pada keadaan malam yang gelap dan samar, maka engkau membutuhkan cahaya, Fik, membutuhkan obor untuk menerangi langkah-langkahmu, untuk menunjukkan arah-arahmu. Dan itu, kau harus dapatkan dari sosok, Fik. Tujuannya, supaya engkau melangkah bersama, mengarungi waktu-kehidupan. Artinya, memang sudah saatnya engkau menjalin hubungan dengan manusia yang lain, yakni, bahasa mudahnya, perempuan Fik.

Dengan adanya perempuan, maka akan semakin ‘terpacu’ dengan tujuanmu. Tujuan seperti apa: yakni, tujuan tentang kehidupan itu sendiri, dan engkau pasti, akan diajarkan tentang bagaimana hidup yang sesungguhnya, hidup yang benar-benar hidup, hidup yang egois juga yang sosialis, hidup yang individualis juga sosialis, hidup yang idealis juga hidup yang realis.

Jika dia adalah cahayamu, dekatilah dia, rayulah dia: beranilah merayu, beranilah menyatakan apa yang terbesit dalam dirimu, pujilah dia, sanjunglah dia, katakanlah: aku membutuhkan pertolonganmu, aku membutuhkanmu. Sungguh aku ini lemah, tanpamu apalah aku. Hehe manusia, fik, kalau jatuh cinta, memang persis seperti syair-syair cinta dan lagu-lagu yang berkaitan dengan cinta:

Lha memang begitulah, orang-orang mencinta, begitulah ‘penggebuannya orang yang jatuh cinta’. Namun engkau berpengetahuan tentang keallahan, ingatlah itu, Allah itu tidak tidur, Fik. Saat cintamu digandengkan dengan-Nya, maka berarti engkau harus mengerti, bahwa cintamu adalah dari-Nya dan kembali kepada-Nya, dan hati-hati akan ‘jerat’ nafsu kemanusiaan; godaan itu, ada para isterimu, harta, dan anak-anakmu, dan tetaplah engkau ingat kepada-Nya. Kau boleh mencintai mahluk-Nya, tapi engkau harus tancapkan dalam keningmu, dia itu juga mahluk-Nya: apakah engkau memilih ‘pancaran’ daripada aslinya? Allah adalah asli, dan dia adalah pancaran-Nya. Apakah kau mau memilih dia, atau kau memilih yang menguasai dia?

Terakhir, kau adalah penyuka malam, malam tanpa cahaya, itu gelap, Fik. Cintailah dia, tapi tetap ingatlah kepada-Nya. Begitu ya.

Belum ada Komentar untuk " Nasihat Tentang Suratan Malam "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel