NASIHAT BERANILAH, DIALAH SEMANGAT JIWAMU
Sabtu, 11 Februari 2017
Tambah Komentar
Beranilah bertanggung jawab, telah terang tanda kau temukan dia buat jiwamu, melesatkan pundi-pundi pengetahuanmu, jangan kabur, jangan menghelak, harusnya kau ‘gembira’ menjadi tungku dan dialah penyulutmu, yang keberadaannya membuatmu semakin meledak dan jelas arahnya: jangan kabur, jangan menghelak. Telah datang masanya, telah tiba masanya, kau penting mengeksiskan dirimu, lebih eksis perihal ilmu, biar ilmu itu menolongmu, menolong orang-orang disekitarmu, dan terlebih lagi adalah teruntuk dirimu.
Jangan takut, bersamanya, engkau akan lebih kokoh dan lebih sabar mengarungi badai dunia, cercaan ‘wujud-wujud’ yang memang begitu adanya. Dunia penampakan, memang begitu adanya: sifat manusia, sejak dulu, memang begitu adanya: ada sisi kebinatangan, yang rakus dan ingin menang sendiri. Itu wajar. Dan engkau adalah wujud yang mempunyai kesifatan itu, akuilah:
Rakuslah, yang itu untuk dirimu sendiri, menyelamatkan dirimu. Rakus dalam arti bertujuan menyelamatkan dirimu.
Liarlah, yang itu untuk dirimu sendi, menyelamatkan dirimu. Liar dalam arti ‘menghentikan’ petualangan keakuanmu, selamatlah dirimu.
Ingatlah, tiada yang lebih lezat dibanding dengan ilmu; masuklah, lebih dalam, dan engkau mengetahui itu, sibuklah lebih ketat, dan engkau mengetahui cara-cara itu. Jangan sungkan, jangan gentar, ada dia yang ‘membakarkan’ dirimu. Dan kau ‘tertuntut’ menjelma sesuatu yang sempurna, sekali pun payah, berdayalah menjadi seperti yang orang-orang terka.
Kenanglah perpondokanmu, kenanglah perlajuanmu, tuangkan bait-bait keimananmu, kabarkan ‘pengetahuan’ keislamanmu, sayapilah dengan kajian filsafatmu—tidak salah menggunakan rasio, dunia memang sarat rasio, toh sibukmu bukan hanya perkara rasio.
Kabarkan:
Cintaku terkhusus kepada-Nya, yang memiliki cinta; dia adalah jalan, ilmu adalah alatnya. Aku begitu mengenal ‘teka-teki’ hidup, yang memang begitu adanya: semua telah ditakdir dan penampakan yang siap diuji dan kita penting bersabar dan kokoh dalam keimanan.
Jika ada yang bertanya padamu tentang-Nya: jawablah dengan stategi kefikihan, stategi penampakan, ingat, Fik, penampakan adalah sesuatu yang sangat sedikit, sedikit sekali, dan kebenaran adalah dalam dunia-ide, yakinilah hal tersebut, islam pun menawarkan hal tersebut, dan engkau mengenal sangat akrab bahwa islam sarat dengan idealisme, yang mana orang-orang harus berkutat ketat pada teks, dan di dalam teks, si muslim dituntut masuk ke dalam sangkar ‘kedamaian’ yakni ketiadaan, sayangnya, kehidupan tidak bisa dikatakan ketiadaan: sifat alami manusia dibajui akal dengan itu, harus diwujudkan dan berinteraksi, harus ada eksistensi.
Kalau kau tidak memahami kata-kataku. Tak apa! Perlahan-pelahan engkau akan memahami apa yang kumaksudkan itu.
Eksistensi adalah tawaran yang lain, begitulah ambigunya tawaran tentang kebenaran, namun, islam tetap saja menawarkan tentang eksistensi, yakni gerak-gerik yang nyata, sebab, kemanusiaan itu harus nyata. Kenyatan itu harus ada. Eksistensi harus ada. Alasannya: hokum. Hokum itu harus ada. Hokum itu bakal diciptakan. Dan Islam telah membentuk hokum yang hebat, kokoh dan kuat, jika sekarang, telah bergeser, itulah memang, zamannya harus begitu, harus bergeser, sebab sekarang bukan zamannya kerajaan: bersamaan dengan itu, maka semakin teranglah ‘kemenangan’ islam.
Islam telah menang. Itulah yang penting engkau tempatkan, pada dirimu. Dalam hatimu.
Selain itu, adalah pendukung tentang keyakinan bahwa islam itu adalah menang. Pendukung itu harus real. Harus nyata. dan dia, menawarkan tentang kenyataan tersebut, menyuguhkan pada jiwamu dan menekanmu sekali lagi tentang makna: kemenangan.
Jika takdirmu, memang harus seperti ini, bagaimana engkau bisa menghelaknya: engkau tidak bisa lari. Bukankah telah engkau rasakan akibat engkau ‘berlari’, dia malah menjadi sesuatu yang lain, sesuatu yang besar, menakutkan dan meresahkan, oleh karenanya, nyatakanlah, jangan takutlah, jangan gentarlah. Beranilah…
Belum ada Komentar untuk "NASIHAT BERANILAH, DIALAH SEMANGAT JIWAMU "
Posting Komentar