KITAB MABADI FIKIH: PUASA: Kita Telah Berpengetahuan Puasa, Sudahkah kita berpuasa yang sungguh-sungguh? Inilah Masalah Utamanya: ‘Individu’.
Sabtu, 11 Februari 2017
Tambah Komentar
Apa Makna Puasa Ramadhan?
Maknanya, mencegah dari makan dan minum mulai keluarnya fajar sampai tenggelamannya matahari.
Di zaman sekarang, kita telah terbiasa menjalani puasa-ramadhan, sudah tidak asing lagi, malah bahkan akrab, dikatakan: pengetahuan islam telah ‘mendarah-daging’ dan sangat akrab, dan sekarang, mengapa masih dikaji, tujuan utamanya, sekali lagi, mengingatkan, mengulang apa yang kita ketahui. Bahwasanya, kalau sampai di bulan ramadhan: kita puasa.
Soal waktunya: zaman sekarang lho: zaman media, zaman komunikasi, zaman pengetahuan telah ‘meledak’, orang-orang telah mengerti waktu, telah mengerti durasi waktunya, yang sebenarnya jadi ‘masalah’ adalah sudahkah kita benar-benar menjalankan sesuatu tentang puasa? Sekali pun zaman telah ‘berpengetahuan’, masih banyak ‘kan yang tidak menjalankan puasa, sekali pun di bulan puasa-ramadhan?
Yang pasti, yang disampaikan ini, adalah tentang fikih, fikih itu berkaitan dengan pola-pola keberibadahan, yang semakin lama, orang itu akan semakin jeli dengan urusan ibadah: terlebih lagi, kitab ini adalah teruntuk orang-orang pemula, sekali pun begitu, tetap saja kitab ini keren—lha bayangkan saja: seorang pengkaji filsafat, saya, tertarik kuat untuk mengkaji kitab mabadi fikih sebagai awalan, artinya pengetahuan islam yang kekian itu, menjadi sarat-sarat jalinan-pengetahuan yang ketat, padahal kalau melihat ke hal dasar, di sini juga terang kok: masalah utamanya, adalah individu muslim itu sendiri?
Maukah individu muslim menjalankan apa-apa yang diketahuinya? Sayangnya, zaman sekarang, banyak hal yang diketahui, tapi hehe jarang dijalankan. Mudah-mudah dengan mengaji ini, kita lebih taat untuk menjalan apa-apa yang kita ketahui.
Kembali ke kitab. Selanjutnya:
Bagaimana niat puasa?
Niat puasa—yang artinya—saya berniat puasa karena menjumpai bulan ramadhan.
Dalam redaksi kitab mabadi ini, begitulah teksnya, soal tambahan atau perbedaan, yang kita gunakan sebelum ini, saya berpikir tidak masalah, artinya tidak apa-apa, sebab yang kita gunakan bukanlah tentang kitab dasaran ini, yang kita gunakan itu sudah bertalian dengan kitab-kitab fikih yang lain yang bermadhab sama.
Mari kita bicarakan niat: sejauh ini, tatkala kita berniat, missal, kita mau sesuatu: sambil mengerjakan sesuatu dan berniat, maksudnya disertai teks niat? Melakukan apa itu: dimana ‘kedudukan’ niat? Berapa banyak yang harus kita niatkan dalam sehari? Saya berpikir, bahwa niat itu membutuhkan ‘keyakinan’ yang sungguh tatkala ingin mengerjakan sesuatu, apa-pun itu. kalau tidak, maka ‘lafat’ niat adalah sebagai pemicu untuk melakukan sesuatu.
Biasanya, kita niat puasa, tatkala selesai shalat tawarih, maka disana imam mengajak untuk melafatkan niat: tujuannya, tentu, supaya besok orang-orang tidak ‘lalai’ mengucapkan niat, selain itu, niatnya menggunakan bahasa arab. Toh kadang, kita niat menggunakan bahasa selain arab: sebenarnya, niat itu haruskah menggunakan bahasa arab? Jawaban saya: sebenarnya niat kalau kita ‘rasakan’ maka niat bisa saja tidak menggunakan bahasa arab. Akan tetapi—ingat, ada tapinya—dalam beribadah pengajuran niat adalah menggunakan bahasa arab; bukankah shalat senantiasa menggunakan bahasa arab? Dan kita dijiret harus menggunakan bahasa arab! Oleh karenanya, penting untuk ‘belajar’ bahasa arab. Caranya, ya perlahan-lahan. Yang pasti lagi, hehe, jangan lupa menjalankan apa-apa yang diperintahkan untuk kita. Jangan lalai terhadap ‘pengetahuan’ yang kita miliki.
Sekali pun hati kita ‘berkecamuk’ tentang masalah dunia, galau, sedih, duka, tetaplah menjalankan yang diperintahkan oleh-Nya. Begitu.
Allhumma taqqobal mina sholatana wasyiamana wa ruku’ana, wa sujudana, wa qu’udana, wa tadhorru’ana, wa takhossuana, wa taabudana watammim taqsiroana ya allah, ya rabbal alamin. Amin
Belum ada Komentar untuk " KITAB MABADI FIKIH: PUASA: Kita Telah Berpengetahuan Puasa, Sudahkah kita berpuasa yang sungguh-sungguh? Inilah Masalah Utamanya: ‘Individu’. "
Posting Komentar