Nasihat Cintailah Dia Sepenuh Dirimu





Kau boleh mencintai apapun, itu kewajaran, Fik, tapi tetaplah sanggahkanlah cintamu kepada-Nya, dengan mengingatnya hatimu menjadi tenang. Karena segala apa-pun adalah kuasa-Nya. Apapun itu adalah milik-Nya. Dan apa-pun itu akan kembali kepada-Nya. Oleh karenanya, kuatkanlah ‘pengetahuan’ keimananmu, dengan itu, engkau akan menjadi lebih tenang: ingat, hanya dengan-Nya hatimu menjadi tenang. Karena semua adalah milik-Nya.

Percayalah sama Gusti Pangeran, Fik.

Dan ingat, cinta tanpa pembuktian adalah sekedar kata-kata dan itu ada dalam kamus kata-kata, oleh karenanya, pertahankan tentang wujud-cintamu kepada-Nya, caranya, ikutilah Kanjeng Nabi. Caranya, belajarlah tentang Kanjeng Nabi. Caranya? Ketahuilah lebih dalam tetang Kanjeng Nabi.

Telusurilah bagaimana keadaan sosial Kanjeng Nabi.

Telurusi sekali lagi tentang hadist-hadist Kanjeng Nabi.

Dan berusahalah menjelma sifat-sifat milik Kanjeng Nabi: Sidiq, amanah, tablig, fatonah. Jika tidak bisa sepenuhnya, maka ‘kerangkengkalah’ sifat Kanjeng Nabi itu dalam pemikiranmu; jika engkau merasa terberatkan dengan hal tersebut, berdoalah kepada-Nya, mintalah, mengemislah kepada-Nya, mudah-mudahan bisa menjalankan: jangan malu meminta kepada-Nya, kamu tidak malu kepada mahluk mengapa dengan-Nya terasa malu-malu? Ingatlah sifat-Nya: Allah maha mengetahui, Allah Maha Kuasa, Allah itu Ada, dan Allah mengetahui segala sesuatu.

Sekalipun seperti itu, engkau tetap harus berdoa, dengan berdoa, maka engkau mengikatkan dirimu—bersama dengan rasiomu—kepada-Nya. Bukankah engkau kencang menggunakan rasiomu? Maka mohon maaflah kepadanya. Istigfarlah untuk-Nya.

Kehidupan itu sarat ujian, Fik, dan engkau disuruh untuk sabar dan syukur.

Dan orang-orang sebelummu pun, mengalami hal yang sama: sarat dengan ujian, karena memang hidup itu sarat ujian, gunanya, supaya Allah mengetahui mana yang beriman kepada-Nya dan mana yang menentang kepada-Nya.

Apakah hal itu bisa, sementara Allah adalah yang menguasai segala? Sementara Allah telah menakdirkan tentang keberadaan?

Jawabnya, engkau dibekali dengan pikiran. Ingatlah itu! engkau dibekali dengan akal. Ingatlah itu. dengan akallah, engkau mulai melanggar kepada-Nya. Semakin engkau berakal, bisa-bisa engkau mempertanyakan lebih tentang-Nya, engkau menelusuri tentang-Nya, dan engkau bertanya-tanya, tentang hidup dan tetek-bengek sebagainya. Itu karena apa? Akal.

Bukankah harusnya hidup itu gampang? Di jalani saja, dan setiap hidup itu ada aturannya: jalani saja.

Kembali tentang-Nya:

Kenanglah Dia sekali lagi, lebih lama, karena itu akan menenangkan dirimu, menenangkan hatimu, jika belum mampu engkau tenang, berarti masih ada sesuatu yang salah dengan dirimu. Koreksilah.

Jangan-jangan engkau terlalu ‘dungu’ untuk mengetahui-Nya?

Jangan-jangan engkau terlalu ‘asing’ dengan-Nya?

Jika engkau kepayahan untuk mengingat-Nya, sambangilah para ulama, mintalah nasihat kepadanya, mintalah ‘petujuk’ darinya. Ingat, dia itu sangat dekat, karena begitu dekat-Nya, kadang kau melalaikan-Nya. Dan Dia lebih dekat dibanding urat lehermu sendiri, Fik, sementara itu, di sampingmu, ada malaikat yang menyaksikanmu, yang mencatati setiap ilmu-amalmu, gerak-gerikmu, laju-pikiranmu dan mengawasi ketat dirimu.

Memangnya, kemana larinya pengetahuan tentang ‘malaikatmu’, Fik? Apakah mengkaji filsafat membuatmu lalai akan hal-hal sederhana tentang keimanan, Fik? Mohonlah ampun atas waktumu yang berlalu, Fik, dan katakana: irji’I ila rabbiki rodiyatam mardiyah, fadhuli ‘ibadi, fadhuli jannati.



Ingatlah…

Belum ada Komentar untuk "Nasihat Cintailah Dia Sepenuh Dirimu "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel