NASIHAT SUDAH JANGAN URUSI ALLAH, DIA ITU MAHA PERKASA






Sudah jangan urusi Allah, Dia itu maha perkasa: uruslah dirimu, uruslah keduniaanmu, uruslah keislamanmu, uruslah keimananmu; jangan sibuk-sibuk mengurusi Allah, apalagi tentang agamanya Allah, percayalah Allah itu maha perkasa, Allah itu maha kaya.

Aku melihat kamu bergaya mengurusi tentang agamanya Allah. Seakan sibuk mengurusi sesuatu atas nama ‘Allah’, begitu geger tatkala orang berakhlak buruk, begitu resah kalau orang-orang melanggar perintah-Nya, hatimu gotak saat melihat orang-orang tidak shalat, gotak, kalau melihat orang-orang tidak ‘percaya’ kepada Allah—yakinlah, Allah itu maha perkasa, para dai telah melimpah, para guru telah mbelarah, para orang-tua yang memang ditakdirkan untuk menyampaikan keislaman telah banyak, ada para khotib, ada para imam, ada para mubalig: itulah tugas mereka, dan tugasmu, uruslah dirimu sendiri:

Jagalah akhlakmu, semampu dayamu.

Tunaikan kewajibanmu, syukur-syukur kalau sunahnya.

Tunaikan tanggung-jawabmu, jangan sepelehkan realitasmu.

Urusilah realitasmu, jangan begitu sibuk soal agama.

Lihatlah sekali lagi tentang ‘kemenangan’ agama, tentang terbangnya ayat-ayat-Nya di udara, tentang seruan-seruan yang menyeru; tidakkah itu bukan tanda dari kemenangan agama-Nya? Soal orang melanggar, itu sudah biasa. Soal orang menentang, itu sudah biasa.

Mereka telah mengetahui bahwa ada neraka.

Mereka telah mengetahui bahwa ada surga.

Mereka juga telah mengetahui bahwa kalau berdosa mendapatkan siksa.

Mereka juga telah mengetahui bahwa baiknya berbuat saleh dan terus menerus ibadah.

Saranku, janganlah urusi tentang ‘mereka’—sungguh, mereka itu terlalu banyak, Taufik! Uruslah dirimu sendiri, selematkan dirimu sendiri:

Kalau kau takut neraka, baiknya engkau ibadah.

Kalau kau takut disiksa, jangan berbuat dosa.

Mengurusi diri-sendiri saja tidak becus, kau sudah bergaya mengurusi orang lain—ayo! Kencangkan sekali lagi tentang prioritas-prioritasmu. Ayo! Lebatkan sekali lagi tentang pengetahuanmu tentang ketuhanan. Ayo! Lejitkan sekali lagi pengetahuanmu tentang keduniaanmu. Ayo! Fokuskan tentang belajarmu—masuklah dalam ‘kesibukan’ berilmu. Sibuklah dalam dunia ilmu, sungguh betapa beruntung orang yang berkonsentrasi dalam dunia ilmu; dirinya senantiasa mawas diri dan konsentrasi, digurui oleh dirinya sendiri, juga guru-guru yang lain, yakni memperingati.

Hati-hati tergoda tentang ‘keilmuan’ sampai-sampai engkau lupa daratan. Sampai-samapai engkau lalai tentang ‘kerayaktaan’; sungguh fungsi ilmu itu berdampak kepada ‘keumuman’ dan ilmu itu adalah bersifat kekhususan. Sekali pun itu kekhususan, pakailah rumus ini:

Tancapkan sekali lagi bahwa nabi Muhammad adalah cerminan utama dirimu, bukan aku!

Sifat nabi Muhammad menjadi cerminan untuk sifatmu, tirulah sifat dasar yang membajui nabi Muhammad:

Jangan bohong—kau harus jujur (sidiq)

Jangan khiatan—kau harus menempati janji (amanah)

Jangan menyembunyikan—kau harus menyampaikan (tablig)

Jangan bodoh—kau harus cerdas (fatonah)

Jujurlah dalam berkata, jika khawatir lebat dan dusta, baiknya engkau sedikit kata dan jangan banyak bicara.

Tepatilah apa yang telah diamanatkan olehmu, jangan melenceng, jangan diabaikan, fokuslah terhadap apa yang diamanahkan, jangan panjang angan-angan, jangan berfantasi muluk-muluk, hiduplah realitas; dan kau mempunyai tanggung jawab, laksanakanlah.

Jangan menyembunyikan pengetahuan tentang keallahanmu, atau tentang akhlakmu, maksudnya, jalankanlah pengetahuan ‘akhlakmu’, khususnya, jangan sembunyikan ‘pengetahuanmu’ kepada dirimu; aku mengamati kau sering ‘menyembunyikan’ atau ‘mendiamkan’ pengetahuan yang telah engkau ketahui; sampaikanlah kepada dirimu, sampaikanlah kepada kaki, mata, telingamu. Di zaman sekarang, jangan gegabah menasihati orang lain kecuali mereka meminta nasihat, tapi sibukkanlah menasihati dirimu, jangan-jangan banyak yang salah dari dalam dirimu.

Dan janganlah bodoh—bodoh terhadap pembacaan zaman, kau harus terang terhadap ‘zaman’ yang berlaku, zaman sekarang, zamannya informasi, janganlah tergiur dengan informasi, sungguh ‘kapasitas’ ilmu islam itu kokoh dan kuat, hebat dan dahsyat, dan bahkan, tanpa menggunakan ‘media’ informasi, pastilah kekuatan ‘pengetahuan-islam’ itu kokoh dan hebat; yakinlah dengan apa yang telah engkau yakini, bahwa ‘pengetahuan islam itu’ berakar-akar dan sangat banyak; maksudnya, banyak hal yang penting engkau kaji, yang penting engkau ketahui, tujuannya, memupukkan tentang tanaman-kebodohanmu.

Terakhir, sudah jangan urusi tentang ‘Allah’ yakinlah, Allah itu maha perkasa, tapi urusilah dirimu, urusilah keimananmu, keislamanmu, juga urusilah keduniaamnu, belum saatnya engkau mengurusi ‘Allah’ dan memangnya Allah itu penting diurusi? Sungguh kamulah yang membutuhkan allah, Allah itu maha kaya. Allah itu maha perkasa, Fik.

2017

Belum ada Komentar untuk "NASIHAT SUDAH JANGAN URUSI ALLAH, DIA ITU MAHA PERKASA "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel