Apakah Layak Diisukan ‘Santri menulis blog’ Guna Melejitkan Ekonomi Santri?



Sejauh saya mengaji, mengajinya selalu tersistem, selalu sistematis, padahal pendapatan pengetahuan keislaman di zaman modern ini—di zaman informasi ini—pengetahuan datang secara amburadul, ‘pengetahuan’ laksana menugrub pada akal dan acak-acakan.

Pengetahuan tidak hanya terfokus pada guru-realitas. Pengetahuan datang dari media, dan transportasi menggiring ‘pelajar’ dikenalkan dengan ‘kenyataan-kenyatan’ yang berbeda kondisi. Bersamaan dengan itu, issue-issue yang ditawarkan oleh ‘pola-pikir’ menjadi pribadi-pribadi yang unik. Bersamaan dengan itu:

Bagaimana kalau pribadi-pribadi yang unik itu ditampung dalam tulisan? Tulisan yang personal? Dan itu berada di dalam blog pribadi? Terlebih lagi: santrilah penulisnya. Santrilah yang mendapatkan upah dari menulisnya.

Sehingga, dalam kenyataannya, santri akan sibuk dengan ‘personal’ keilmuannya. Sehingga bersamaan dengan itu, santri semakin cinta dengan ‘ilmu’.

Zaman sekarang, yang disebut proses-ilmu, atau ‘mengaji’ tidak hanya melalui cara langsung, bertatap muka secara langsung: namun bermacam-macam, ada yang dari buku-terjemahan, kitab terjemahan, televise, rekaman hape, gadget, dan juga internet.

Internet itulah yang semakin marak. Maraknya internet, sekarang, karena hape sekarang murah, hape sekarang mudah dikonsumsi, oleh karenanya demi menghindar hal yang tidak-tidak—atau dengan cara, mengantisipasi perilaku buruk yang ditimbulkan inteternet—bagaimana kalau digagaskan ‘Santri menulis blog’ dan bersamaan itu mendapatkan uang.

Sehingga begadangannya santri adalah begadanganya, ilmu, begadangnya santri adalah sibuk dengan layar-layar.

Kalau dipikir-pikir, apa bedanya memegang buku dengan memegang layar: di dunia layar ada tawaran yang lain, sementara buku terfokus dengan satu hal, atau satu tema. Namun, sekarang adalah zamannya layar.

Kita tidak bisa meninggalkan layar. Kalau kita tidak menggunakan itu—pasti kita bakal juga menggunakan itu—apakah kita mampu meninggalkan kehidupan yang-mana elektronik harganya semakin murah? Yang mana dimana-mana hampir menjumpai tecnology?

Bersamaan dengan santri menulis-blog, maka santri akan mendapatkan uang. Santri mampu menyesuiakan zamannya. Santri tidak ketinggalan zaman. Santri berserawungan dengan zaman-zaman yang memang bercampur baur. Santri menjadi penyeimbang zaman. Santri menawarkan keislaman yang lebih dalam. Santri menawarkan tentang keramaian ‘muslim’ di Indonesia. Santri menawarkan tentang pemikiran keislaman.

Apakah sejauh ini orang-orang diam saja—para penggede keislaman kita—terhadap mulai maraknya zaman internetan lalu tidak mengisukan untuk mencari uang lewat blog? Mungkin saya yang ketinggaan, atau jangan-jangan ‘kunjungan’ saya di pondok-pondok pesantren, cenderung kepada pondok-pondok yang ‘katrok’ dalam hal ekonomi dan tidak mempunyai handphone?

Dan saya belum mengetahui, secara pasti tentang zaman ini, namun kali ini saya mulai sibuk di ‘dunia’ tulis menulis, tujuannya, benar juga kalau mencari uang, namun terlebih lagi, tujuan utama saya adalah lebih mengasah tentang keilmuan saya: sebab sejauh ini, dilalah, pengetahuan keislaman yang tahu yang tidak tahu, tahu banyak tapi tidak tahu dari kebanyakannya itu. Bersama ini saya ‘mengasah’ pengetahuan dengan cara menulis: dasaran saya, adalah: Lirik Lagu Nasida Ria, Anak, “Jadilah Manusia Sakti: cerdas, tabah, kreatif” dan Tahun Millenium: “Menyambut tahun millennium dengan bekal ilmu dan iman.”

Santri menulis-blog, mendapatkan uang: mengapa tidak?

Belum ada Komentar untuk " Apakah Layak Diisukan ‘Santri menulis blog’ Guna Melejitkan Ekonomi Santri? "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel