Tentang Tiga Revolusi Hidup
Jumat, 20 Januari 2017
Tambah Komentar
Pertama, revolusi pertanian: dimana orang-orang mulai menetap dan sibuk dengan pertaniannya, maka kehidupan manusia menjadi tercukupi. Orang-orang jadi sibuk dengan pertanian, sibuk bercocok tanam, sibuk berladang, sibuk bertani, sibuk dengan pohon-pohon, sibuk dengan alam. Bersamaan dengan itu, kemudian terjadilah industry, yakni tentang alat-alat yang berkaitan untuk mendukung tentang pertanian—gunanya pertanian tentu demi pertahanan hidup kemanusiaan. perjalanan untuk sampai pada revolusi industry terbilang cukup lambat, karena pada waktu, kedudukan ilm-pengetahuan belum sepenuhnya berjalan-lancar: ilmu pengetahuan paling banter melesat setelah era rasionalisme.
Era dimana kedudukan akal dimuliakan, kedudukan akal diagungkan, kedudukan akal menang dibanding hati. Kapan? Yakni setelah era abad pertengahan—
Bersamaan dengan rasionalisme, bersamaan dengan itu revolusy industry terjadi: kapal diciptakan, transportasi semakin berkembang, telekomunikasi mulai ada, media mulai ada:
(Perlu dikabarkan bahwa yang saya bicarakan adalah berdurasi waktu, sebelum masehi sampai pertengahan masehi, dan revolusi industry terjadi saat pengetahuan-rasionalisme ada: yang diperkasai oleh Rene Descartes)
Saat transportasi mulai ada:
Maka orang-orang mulai berlalu lalang
Orang-orang mulai berpindah-pindah tempat
Tujuannya untuk kesejahteraan hidupnya. Bersamaan dengan itu, zaman terus saja maju: pengetahuan atau penggunaan akal terus saja digencarkan, hingga kemudian:
Transportasi bertambah-tambah dan disempurnakan
Telekomunikasi bertambah-tambah dan disempurnakan
Media bertambah-tambah dan disempurnakan
Hingga kemudian, jadilah masa yang sekarang berlaku, Revolusi Sains-teknology: manusia marak dengan sains dan technology: sains semakin digemari, sains semakin menjadi-jadi, maka jadilah perkembangan technology, jadilah macam-macam alat technology. Macam-macam kecanggihan. Macam-macam serba canggih. Orang-orang ramai merayakan revolusi sains, karena manusia ‘mengira’ dan merasakan kemudahan dari sains-technology: manusia menjadi kaum konsumeris. Manusia ingin memiliki apa-apa tentang technology, tentang sains.
Bersamaan dengan itu: manusia setiap hari memegang alat-alat technology, manusia memegang gadget, manusia menjelma komunitas-komunitas internet, komunitas jaringan, manusia layar, manusia kemesinan. Manusia mulai sibuk dengan hal-hal tersebut. Manusia sibuk dengan tawaran-tawaran itu:
Para filsuf kontemporer, kaum sosiolog menyebut: masa ini dengan masa hipperrealitas, yakni pelampauan realitas.
Lantas bagaimana kelanjutan masa selanjutnya?
Bisakah kita mengira-kirakan masa selanjutnya dari perkembangan manusia tersebut, dengan membaca ketiga revolusi yang terjadi pada diri manusia? Mungkin masa selanjutnya adalah kehidupan-mesin, kehidupan-permesinan, dan tanaman atau pertanian adalah pertanian individu, atau lebih lama kita menduga-duga.
Dan saya, saya enggan menduga-duga tentang sesuatu yang belum jelas terjadi, kecuali menerima masa-masa yang akan berjalan selanjutnya. Kita tidak pernah tahu kapan ajal datang. Kita tidak pernah tahu tentang apa yang terjadi selanjutnya: hanya saja, untuk ukuran Indonesia, manusia akan lebih marak terhadap technology, dan kemudian orang-orang mulai menggiring anaknya ke pesantren—lebih dalam mengkaji tentang agama, sebab melihat anak-anaknya yang semakin kunang ajar dan tak terkendali.
Mengapa demikian? Karena budaya Indonesia adalah budaya religious. Yang memang telah tertanam dari sononya, kereligiusannya.
Namun akhirnya, entah… esok adalah misteri. Esok adalah kesamaran yang tidak jelas. Esok adalah esok. Sekarang adalah sekarang. Sekarang bukanlah esok hari. Hidup sekarang!
Belum ada Komentar untuk "Tentang Tiga Revolusi Hidup "
Posting Komentar