Beginilah Transfer Jalinan-Pengetahuan Islam


Proses transfer jalinan-pengetahuan islam, laksana proses transfer SMS atau transfer Uang. Jika transfer SMS, transfer uang lewat ATM, menggunakan alat-alat canggih, atau alat-alat buatan manusia: tower jaringan, sinyal-sinyal, mesin-perangkat, maka transfer jalinan-pengetahuan islam adalah transfer menggunakan lidah, sinyal pendengaran, sinyal hati, sinyal kepercayaan, yang dilakukan secara hikmat tatkala melakukan proses ‘peribadahan’.

Lebih ringkasnya begini:

Tatkala kita melaksanakan shalat, maka secara otomatis kita harus diam, mendengarkan sang imam mengirimkan surat, lalu bersamaan dengan itu, kita menerima surat dan meresapkan pada ‘kehidupan’ kita, tentang jalinan kemanusiaan, tentang jalinan dosa-dosa, atau bahkan ke suatu negeri yang ditawarkan surat—misalnya, sang imam, membacakan sampai kepada teks: orang-orang yang diberi nikmati, bisa secara otomatis, orang-orang yang mengetahui tentang ‘pemahaman’ tentang nikmat, akan terngiang tokoh-tokoh yang diberi nikmat, layaknya Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Nuh dan seterusnya—atau bahkan tentang pengetahuan dasar kita tentang alat: hal itu, proses transfer jalinan-pengetahuan islam, menurut individu:

Bagaimana dengan pendapatan-pengetahuannya

Bagaimana kondisi-hatinya saat itu

Bagaimana keadaan-realitasnya saat itu

Bagaimana pengetahuannya saat itu

Semakin orang berpengetahuan tinggi, berpengetahuan luas tentang keislaman: sejarah, tafsir, hadist, usul fikih, al-quran, nahwu, sharaf, pengetahuan malakut, pengetahuan alam akhirat, dan modernitas, postmoderintas, tasawuf—maka transfer jalinan-pengetahuan semakin dahsyat, semakin canggih:

Shalat menjadi tempat perenungan

Shalat menjadi ajang pengoreksian

Shalat menjadi ajang perjumpaan

Begitulah tentang shalat, belum lagi tentang lainnya: pasti juga begitu—tergantung pada individu, apakah dia mau benar-benar ‘mengaktifkan’ rasionya, ‘mengerangkengkan’ pengetahuannya: caranya, ilmunya diulang-ulang.

Seringkas kata, jika manusia-muslim ‘mengaktifkan rasionya’ dan mengulang-ulang pengetahuannya dengan nalarnya, maka secara otomatis, akan memahami jalinan transfer tersebut. Prakteknya:

Tatkala ada yang berkata tentang islam, maka rasionya bekerja, jalinan-pengetahuannya melesat, maka jadilah umat-islam sarat dengan pengetahuan dan banyak hafal tentang keilmuan islam.

Syarat utama ‘Mengaktifkan Rasio—akal: berposisi sadar butuh pengetahuan’

Mengaktifkan rasio, bukan serta merta saat duduk pengajian, namun dengan ‘adanya’ mengaji, maka semakin dilesatkan tentang rasio: penggunaan rasio bukan untuk mengkritik yang mengulang, namun untuk menambahkan lesatan pengetahuan, untuk mengumpulkan pengetahuan di dalam diri, bahwasanya ilmu-islam itu satu kesatuan, sebuah kesatuan, sebuah keuniversalan pengetahuan, yang focus utama adalah memanusiakan manusia menjadi manusia.

Tujuan utama dengan pengaktifan rasio adalah menjadi manusia, yang bahkan adalah manusia yang sempurna: tentu maksud dari manusia yang sempurna bukan berarti tidak mempunyai kekurangan, tapi menyadari bahwasanya manusia mempunyai kekurangan, oleh karenanya membutuhkan manusia yang lain. Membutuhkan orang-orang yang lain, guna menyempurnkan kemanusiaannya: bersamaan dengan itu, maka terjalinlah transfer-transfer alamiah kemanusiaan.

Di sini, pembicaraan saya adalah terkait kepada para pelajar awal: para pelajar yang mengupayakan untuk mendapatkan pengetahuan secara objektif, pengumpuan data pengetahuan secara objektif. Saya tidak membahas transfer keislaman melalui intuitif, dan transfer yang sesungguh-sungguhnya dari islam (tentang transfer transcendental, transfer malakut) bukan itu. Saya hanya mensupport pelajar berusaha untuk memahami islam secara objektif.

Bahwasanya, dengan mengaktifkan rasio, para pelajar akan mengaitkan data-pengetahuan yang dimilikinya saat ia mempelajari keislaman, dengan begitu, maka ilmu islam akan lebih melesat dengan pengetahuan yang komplit dari pelajar.

Sudahkah engkau menjalankannya?

Belum ada Komentar untuk "Beginilah Transfer Jalinan-Pengetahuan Islam "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel