Penjara Orang Mukmin



Semakin jauh aku melangkah ke masa depan, semakin dalam aku terjerumus pada masa lalu. Semakin ingin mencerahkan masa depan; aku semakin terjebak dalam kedalaman masa lalu. Semakin aku ingin ‘membahagiakan’ rakyatku, semakin aku dibelai kabut yang tinggi: kabut yang merontokkan diri sendiri—seakan-akan aku sekedar menakut-takuti orang dengan kematian.

Aku masih ingin menebalkan ‘rasa’ iman.

Aku suka membicarakan kematian. Kali ini aku bataskan terhadap kematian. Orang-orang juga begitu percaya bahwa kematian adalah sesuatu yang misterius waktunya. Ya, semakin banyak yang dipikirkan, maka semakin laksana betah di dunia. Seakan-akan betapa lupa bahwa mati ‘kan segera tiba.

Orang-orang memang kerap merefensikan kematian adalah pada masa tua, tapi referensi mereka tidaklah kongkrit atas argumen. Mereka masih percaya, bahwa kematian adalah sesuatu yang misterius adanya.

Dan pembicaraan iman bukan sekedar takaran tentang akhirat. Kental dengan nuasa akhirat. Sebab, sejauh diketahui—efek dari yang ditimbulkan ‘rasa’ iman adalah kebaikan untuk manusia—yang saling mengasihi, saling mencintai.

Aku masih ingin menebalkan ‘rasa’ iman.

Pemandangan dunia yang begitu mengarah ke masa depan, begitu mengarah ke arah kemajuan. Seakan-akan manusia benar-benar tertarik dengan arah permesinan. Masih melekat budaya perbudakan. Pada akhirnya, menjadikan mesin sebagai budaknya. Itulah tujuan utamanya.

Mau tidak mau, kita memang penting belajar ke eropa; kalau tidak, eropa bakal datang dengan sendirinya. Karena arah eropa adalah senantiasa maju. Dan aku berlindung dari kemanusiaanku, yang seakan-akan benar-benar mencintai dunia yang sesaat ini: tapi mau bagaimana lagi? Dunia selalu mengantarkan ke sana.

Dunia bukan hanya dalam kamus pikiran belaka, tapi realitas yang sebenarnya; dimana tubuh dan jiwa bergerak bersama. Mengarungi putaran matahari, menikmati sedih dan bahagia. manusia memang harusnya seperti itu adanya.

Maka, menjadikan negara maju adalah serat akan perekonomian, serat akan pekerjaan: itulah dasar-dasar utamanya. Dan agama adalah batas dari segala hal yang berkaitan dengan waktu dan saling mengasihi satu sama lain.

Pada akhirnya kita mesti mendirikan pabrik-pabrik dalam kelompok-kelompok. Pabrik-pabrik inilah yang mesti dimengerti bagaimana dan bagaimana—memang untuk lingkup besar cukuplah sulit: karena manusia tidak lepas dari zamannya. Sekali pun dalam lingkup kecil, masih juga sulit: karena manusia memang tidak bisa melepas dari zamannya.

Memikirkan hal tersebut: membuatku sulit menelan lidah. Oh aku begitu terjebak dalam euforia ke duniaan—pada-Nya aku berserah.

Sabarlah, hoi diriku, yang cerdas akalnya: dunia memang benar-benar penjara buat orang mukmin. Buat orang beriman. Karena mau tidak mau, semakin dunia dipikirkan, yang ada hanyalah semakin mengarah ke kemajuan. Ketika telah membicarakan tentang kemajuan, maka disana adalah serat akan tunjangan akan hukum kemanusiaan. Serat akan kejar-kejaran terhadap peraturan manusia. Sehingga, pada akhirnya mereka saling berlomba-lomba menuju ‘perakuan’ kepunyaan.

Adalah kenyataannya memang seperti itu: dunia mengarah ke masa kemajuan dan kita mesti harus selalu ingat akan kematian yang datang tak terduga. Oleh karenanya, kerap menjadi sebuah deretan kata—iman allah, maka iman kepada akhirat. Sebabnya, memang kematian adalah sesuatu yang bakal menghapus ‘perilaku’ manusia:

Sekarang, agama memang sekedar pembatas tentang aktifitas. Oleh karenanya, laksanakan agama sebagai pembatas aktifitasmu. Ya, padamulanya kamu harus senantiasa ikhlas menasihati dirimu sendiri: menjalankan tentang agamamu sebagai aktifitas tidak harus lebih dan tidak harus muluk-muluk.

Sungguh, kelak kamu akan mengetahui apa yang kamu ingini. Maka bersabarlah.

Untuk sementara, tidak usah penting kuatkan: membebani dirimu dengan keberadaan agama. Tapi, laksanakan sebagaimana tugasmu dan agama sebagai pembatas belaka.

Aku gembira. Aku menelan ludah lebih mudah. Aku mulai melangkah dengan lega. Dan kepada-Nya kuserahkan segala kata.

Belum ada Komentar untuk "Penjara Orang Mukmin"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel