Jawaban Tentang Laporan Kemusliman


Sebelumnya, setidaknya saya ‘bahagia’ mampu membaca rajutan kata-katamu, ceritamu, cerita hatimu, cerita ragamu tentang:

kemuslimanmu,

rajutan ‘pengetahuan’ muslim yang melandamu,

prosesi kemuslimanmu,

perjalajuan kehidupan-muslimmu,

subjek-menjadi muslim,

Dan memang pada akhirnya, Fik, untuk memahami segala sesuatu, haruslah dipahami ‘kata’ dasarnya. Pengetahuan tentang bahasa memang sangat penting, namun kenanglah, bahwa bahasa itu sebagi alat. Kenanglah itu, Taufik, bahasa adalah alat, untuk mencapai tujuan. 
 


Sekalipun bahasa adalah alat, tetap saja, untuk memahami apa yang ingin dituju, penting dimengerti, penting dipahami: bukankah hal-hal yang kau tawarkan—yang kau tuangkan pada deretan kata-katamu—adalah tentang kebahasaan? Layaknya baju-kemuslimanmu, yang itu ‘penting dengan bahasa’.

Katamu, muslimku adalah muslim ikut-ikutan.

Jawabku, karena lingkungan mempengaruhi diri.

Katamu, muslimku adaah muslim kedaerahan.

Jawabku, karena daerah mempunyai aturan tersendiri. Aturan yang telah dimodifikasi sesuai dengan ‘kondisi’ daerahnya.

Katamu, ternyata juga, muslimku adalah muslim untuk diri sendiri.

Jawabku, karena apa yang dipahami sesungguhnya ‘paham’ itu berfungsi kuat kepada dirinya sendiri.

Katamu, muslimku adalah pola-muslim dari negaraku.

Jawabku, karena zamannya memang harus berkenegaraan, maka kemusliman pun harus ikut seperti itu, mengikuti ‘kemusliman’ yang ditawarkan kenegaraan. Jika pun engkau ‘tersesat’ pada ranah-ranah muslim yang tidak ‘umum’ dari kenegaraan, pastilah ‘muslim’mu mengikuti pola Negara lain.

Begitulah taufik, kalau kamu tidak ‘terinspirasi’ dengan orang ini, misalnya, maka kamu akan ‘terinspirasi’ oleh orang itu. sekarang, mari dikenang, tentang Kanjeng Nabi.

Katakan padaku, bagaimana ‘kemusliman’ Kanjeng Nabi?

Jawabnya, kemusliman Kanjeng Nabi juga sesuai dengan apa-apa yang telah engkau paparkan; kekuatan individu ‘selaku muslim’, lalu bersamaan itu, maka ‘menuntut’—mengajak, memotivasi, memancarkan—kepada yang lainnya, dan penting juga diketahui: sebagian besar apa-apa yang disampaikan kanjeng Nabi pun, mengikuti Nabi-nabi sebelumnya: dan yang saya sampaikan adalah ‘jalur’ kemusliman.

Maka engkau penting menguraikan jalur kemuslimanmu. Jika itu memberatkanmu, maka ikutilah jalur kemusliman yang ditawarkan Kanjeng Nabi, yakni menyontoh Nabi-nabi sebelumnya, oleh karenanya, engkau penting mengetahui tentang:

Nabi Isa a.s

Nabi Musa a.s

Nabi Yusuf a.s

Nabi Ishak a.s

Nabi Ismail a.s

Nabi Ibrahim a.s

Dan yang lainnya, nabi yang wajib diketahui, yakni nabi-nabi yang tertera dalam kitabullah, penting memahami, Taufik.

Terlebih lagi, perhatikan dengan sungguh, esensi dari islam itu sendiri:

Pasrah

Tunduk

Menyerah

Damai

Itulah makna-makan dari kata islam. dan hal-hal, letak utamanya berada di dalam, Taufik, tentang apa yang ada di dalam pikiran, di dalam hati. Dan yang harus engkau jalankan adalah:

Terapkanlah ‘pasrah’ dalam mindset pemikiran dan hatimu.

Terapkanah ‘tundukmu’ dalam realitasmu.

Terapkanlah ‘penyerahan’ dalam realitas dan dalam dirimu.

Terapkanlah ‘damai’ dalam dan luar dirimu.

Pokok utamanya adalah dirimu, Taufik, kalau engkau telah merdeka dengan dirimu sendiri, maka engkau akan kuat menjaga apa yang engkau ‘yakini’ tersebut; apa-pun yang terjadi, engkau akan tetap menjalankan apa yang engkau yakini.

Namun, engkau melihat jalan ‘untuk’ itu tidaklah semulus jalan tol, tidaklah ‘selancar’ pesawat terbang, dibutuhkannya ‘pengetahuan’, ‘pemahaman’, dan ‘praktek’ terus menerus. Itu penting.

Sekali pun di zaman serba informasi dan melek technology, jangan khawatirkan hal-hal itu, telah engkau baca tentang sejarah lajunya ‘kehidupan’ kemanusiaan: harusnya engkau tidak khawatir dengan apa-apa yang terjadi, karena memang itulah yang direncanakan oleh-Nya. Yang penting, engkau tetap menjalankan kemuslimanmu.

Ketahuilah, semakin engkau ‘benar-benar’ menjelma muslim, maka engkau benar-benar akan menjaga akhlakmu, engkau akan menata benar-benar ‘soal’ tindak-tandukmu: bukankah sekarang-sekarang ini, engkau laksana ‘ditantang’ oleh bab tindak-tanduk? Korelasikanlah dengan Kanjeng Nabi Muhammad—yakni dengan hadist-hadist yang tertera pada kitab-kitab populer: dan pahamilah ini, Kanjeng Nabi itu manusia, maka tirulah beliau, apanya? Ahlaknya, tentang keimanannya.

Jika engkau merasa terberatkan, lakukanlah hal-hal yang baik menurut kemampuanmu. Jangan paksakan dirimu, jangan ‘penjarakan’ dirimu, untuk melakukan ini-itu yang itu memberatmu. Ringankalan agama islam. sungguh, pada dasarnya ‘yang memberatkan’ agama islam itu adalah dirimu, karena engkau tidak menjalankan ‘pengetahuan’ yang nempel padamu: oleh karenanya, jalankanlah, jalankanlah, dan jalankanlah, sekali lagi, lebih serius tentang praktek pengetahuan.

Bersamaan dengan itu, maka engkau menemukan, kekurangan dalam dirimu, yakni kurang ilmu, dan solusinya—tidak ada solusi lain—kecuali belajar. jika keadaan memaksamu dan itu benar-benar memberatkan dirimu, lakukanlah hal-hal yang wajib saja; apakah itu? Shalat. Ringkas kata, jangan rela ‘dirimu’ terberatkan, terpayahkan, terdesak, terbebani dengan agama. Sungguh, agama itu tujuan dasar utamanya adalah tentang kebaikan. Ingatlah itu, tujuan dasar agama adalah tentang kebaikan.

2017

Belum ada Komentar untuk "Jawaban Tentang Laporan Kemusliman "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel