Sabar





Sabar itu tidak ada batasnya, Taufik, sabar itu harus terus menerus dilaksanakan, harus terus menerus di tunaikan. Jika saat ini engkau masih sabar, tambahkanlah kesabaran, percayalah, apa pun itu ada masanya. Rencana Allah itu rapi. Apakah engkau tidak percaya kepada rencana Allah?

Dan sungguh, aku tidak memaksamu untuk menjawab ‘ya’. Untukmu, aku katakan:

Kau boleh mengatakan bahwa sabar itu ada batasnya.

Benar, sabar itu ada batasnya, maksudnya benar katamu.

Sesungguhnya, saat engkau mengatakan sabar ada batasnya, di saat itulah ‘kesabaranmu’ pudar, luntur, punah. Jadinya apa? Engkau tidak sabar. Dan dapatkan engkau dikatakan:

Taufik tidak sabaran.

Ah sayang sekali, taufik sudah tidak sabar.

Kenalilah taufik, tatkala engkau telah percaya penuh kepada allah, maka yakinlah dengan hal itu. pasrahkan hidupmu kepada-Nya—ingat, pasrah bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Pasrah bukan berarti malas-malasan—kau harus mempunyai upaya, jalankanlah keupayaanmu tersebut, setelah itu, baru di pasrahkan kepada-Nya.

Ingatlah, arti islam pun bisa diartikan pasrah. Agama islam adalah agama pasrah: iya kan? Ingatlah.

Oleh karenanya, tancapkan, sekali lagi, lebih dalam tentang kesabaranmu. Duka yang melandamu, tetaplah bersabar. Gembira yang menyelimuti, bersabarlah. Senang yang membajuimu, tetaplah sabar.

Kau pikir sabar adalah berorientasi tentang kesedihan, kedukaan, hal-hal yang buruk.

Jawabku, tidak. Terapkanlah sabar dalam kondisi apa-pun, bukankah engkau telah melihat bahwasanya setelah kita merasakan gembira kemudian kita akan digiring pada suatu hal yang itu bukan menggembirkan? Artinya kita diputar-putarkan rasa: setelah sedih ada senang. Lalu sedih lagi. Lalu senang lagi. Lalu sedih lagi: oleh karenanya, bersabarlah dalam kondisi apa-pun, setelah itu, berpasrahlah kepada-Nya.

Serahkan hidupmu pada Dia yang menguasai semesta raya.

Pada Dia yang mengusai langit dan bumi.

Pada Dia yang mengusai setiap jiwa.

Pada dia yang menguasai jiwamu.

Pasrahkan dirimu padanya, sebenar-benarnya pasrah—yang berarti engkau harus memahami bahwa semua adalah milik kuasa-Nya. Semua berada dalam kekuasaan-Nya.

Engkau laksana tokoh dalam dunia-novel—percayalah dengan kepercayaan itu.

Yang telah ditakdirkan oleh pengarangnya, yang menjadi tokoh utama dan mempunyai beberapa kisah.

Yang mempunyai jalan cerita yang berbeda dengan yang lainnya.

Yang setiap babakan cerita senantiasa ada sesuatu yang berbeda.

Dan setiap kejadian menjadikan dirimu bertambah ‘dewasa’.

Dari setiap kejadian adalah melatih karaktermu.

Oleh karenanya—aku mengulangi supaya engkau terngiang benar dengan kalimatku—bersabarlah dalam kondisi apa-pun, jangan terpatok kepada hal-hal pahit, duku, derita, gelap, hitam, namun juga hal-hal yang membuatmu gembira, senang, bahagia: bersabarlah, karena setiap kita adalah mahluk yang diuji tentang kemahlukannya.

Kenanglah, engkau datang ke dunia tanpa membawa apa-apa, ketika besar, engkau mulai ‘mengakui-kepemilikian’, semakin dewasa ‘semakin mengakui kepemilikan’, padahal itu semua titipan. Bukannya begitu? Jadi, apa-apa yang dapat engkau ketahui maupun yang tidak engkau ketahui, semua ‘menjelma’ ada ketika engkau ada: andai dulu engkau tidak ada, taufik, tentu engkau tidak akan dapat ‘merasakan’ semua rasa? Pendek kata, bersabarlah atas rasa-rasa yang menyelimuti dirimu. Sampai kapan? Sabar itu tidak ada batasnya, Taufik.

Jika engkau membatasi tentang sabar, maka sungguh, itu batas dari dirimu. Bagi dirimu, bukan dari diriku: dariku, sabar itu tidak ada batasnya.

2017

Belum ada Komentar untuk "Sabar"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel