NASIHAT: Mengikat Kajian Dengan Menyalin
Jumat, 13 Januari 2017
Tambah Komentar
Engkau bisa memindahkan kajianmu menjelma teks, Taufik. Kitab mengaji menjelma secara harian olehmu—kamu membaca untuk dirimu sendiri! Kamu menterjemahkan untukmu sendiri, maka dunia menjelma duniamu sendiri—setiap hari engkau bisa membagikan tentang banyak hal dengan berbagai tema tentang hal tersebut.
Dengan begitu, belajarmu semakin terarah
Dengan begitu, belajarmu semakin mengarah.
Dengan begitu, lejitan pengetahuanmu semakin mengambah.
Blog adalah tentang belajarmu, adalah tentang bukti engkau belajar.
Belajar yang mempunyai bukti dari belajar;
Belajar yang mempunyai bukti dari belajar.
Sejauh ini apa buktimu kalau engkau belajar? Buku-buku.
Sekarang, tuliskan isi buku menurut apa yang engkau tahu.
Sekarang, tuliskan isi buku menurut apa yang engkau tangkap.
Dua kali pembacaan—
Engkau belajar, lalu engkau terapkan.
Engkau belajar, lalu engkau terapkan.
Begitu jugalah orang-orang pandai, orang-orang yang diklaim menjadi pandai taufik, mereka senantiasa sibuk dengan dunia pembelajaran dan dunia langsung adalah dunia interaksi yang berbaur dengan pengetahun. Acak-acakan pengetahuan, itu sebabnya untuk kalangan pelajar kurang baik, sehingganya dibutuhkan:
Ruang-ruang pembelajaran.
Asrama pembelajaran.
Kedisiplinan pembelajaran.
Namun secara keumuman hal itu terjalin dengan pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan hal-hal kenegaraan atau hal-hal yang bersifat seperti: akademi pelayaran, akademi kepolisian, akademi ketentaraan, dan seterusnya, dan mereka mempunyai uang banyak untuk masuk ke situ. Karena apa yang ditawarkan di sana berkaitan dengan:
Sarat kedisiplinan.
Sarat keilmuan khusus.
Sarat kerapian.
Sarat akan keuangan.
Sehingga tatkala engkau melihat polisi, pelayar, abri, maka mereka adalah orang-orang yang asing dengan dunia komunikasi, asing dengan hal-hal luar, asing dengan pertemuan-pertemuan keumuman.
Pertemuannya adalah pertemuan sesame pelajaran.
Kebutuhan pokoknya disediakan oleh orang-tuanya.
Yang mereka pentingkan adalah belajar, belajar dan belajar.
Lantas bagaimana dengan yang lain? Bagiaman dengan orang yang tidak punya? Bagaimana dengan keilmuan yang lain? Bagaimana dengan bidang ilmu-ilmu umum? Bagaimana dengan ilmu-ilmu islam?
Sesungguhnya dan seharusnya, apa-pun itu jenis keilmuannya. Harusnya si pelajar sama menyikapi dengan apa yang terjadi pada sekolah akademi-akademi tersebut.
Sibuk dengan dunia keilmuannya.
Sibuk belajar dengan apa yang dipelajari.
Dan keluarnya mereka adalah mengerti bagaimana medannya. Mengerti bagaimana lingkungan terhadap realitas. Begitulah harusnya. Namun yang terjadi, keumuman tersebutlah yang menjadikan dunia ini ramai. Dari keumuman itu terciptalah sesuatu yang tidak mononton.
Harusnya kalau sama-sama rajin dan displin.
Pihak pendidikan-umum akan konsentrasi kepada hal yang dikonsentrasikan.
Harusnya pelajar keumuman tersebut di karantina.
Harusnya diasramakan layaknya abri atau polisi.
Lalu sesekali keluar mengonfirmasi apa yang dipelajari.
Tapi bagaimana dengan keluarga yang kurang secara materi? Mereka juga membutuhakan sekolah. Mereka butuh pendidiikan. Mereka butuh pengetahuan. Oleh karenanya, diperlukan guru yang cerdas. Guru yang baik. Guru yang professional. Guru yang layak menjadi gelar sebagai guru.
Namun, untuk sekarang, lupakanlah hal itu. Sekarang konsentrasikanlah dirimu:
Tatkala engkau selesai mempelajari sesuatu, maka salilah. Ujilah diirmu terhadap apa yang dipelajari.
tatkala engaku selesai mempelajari sesuatu, jangan malas menyalin. Latihlah dirimu disiplin menyalin.
Tatkala engkau seharian melakukan sesuatu, jangan malas menyalin kegiatan keseharianmu. Latihlah dirimu untuk lebih mengetahui kapasitasn dirimu.
Dan saya berharap engkau lebih lesat terhadap pengetahuan. Engkau lebih cerdas dengan pengetahuan. Lebih hebat dengan pengetahuan. Tujuannya, menjadi pengajar buat mereka yang layak diberi ajaran. Setidaknya, dengan begitu, engkau mampu mempelajari dirimu sendiri.
Begitu…
Belum ada Komentar untuk "NASIHAT: Mengikat Kajian Dengan Menyalin"
Posting Komentar