BELAJAR FILSAFAT PERLU DI ULANG-ULANG!



Belajar filsafat itu tidak semudah belajar yang lainnya, karena belajar filsafat adalah tentang belajar kesejarahan, tentang tokoh-tokoh, tentang pemikiran, tentang apa-pun yang bisa dipikir, tentang sosology, tentang psikology, tentang anthropology, tentang geography, dan apa-pun yang lainnya: begitulah belajar filsafat, objek kajiannya sangat luas.

Oleh karenanya, si pelajar, harus rajin-rajin untuk membaca. Tidak ada kunci lainnya kecuali membaca. Membaca kalau sembarang membaca pun akan kepayahan, itu sebabnya harus mempunyai guru.

Tujuan guru adalah membimbing dan mengarahkan pelajar terhadap apa yang diajarkan. Sebelum itu, engkau, si pelajar, penting menyerahkan dulu dirimu: menyerahkan pemikiranmu, menyerahkan apa-apa yang engkau kumpulkan, menyerahkan ringkas tentang perjalanan waktumu, menyerahkan ringkas tentang perjalanan perkembangan waktumu: sehingga sang guru mengetahui keadaan dirimu dan akan menudingmu untuk membelajari tema ini.

Kamu harus mempelajari dulu tema tentang ini, misalnya filsafat idealisme. Jangan meloncat-loncat. Kalau kau meloncat. Tentu itu salahmu sendiri. Sebab kapasitasmu berada pada tema filsafat idealisme: yang engkau resahkan adalah tentang keberadaan dunia sementara dirimu-yang-lain menghendaki berada di dunia yang bukan di sini. Saya berharap tatkala engkau membaca filsafat idealisme, dengan sendirinya engkau menemui teman tentang apa-apa yang engkau pikirkan.

Bersamaan dengan itu, engkau akan dengan mudah, menyelami tentang jalur-jalur filsafat yang lain. Engkau akan membuat rangkaian sejarah filsafat idealisme sejak dulu kala sampai sekarang.

Engkau buat peta filsafat idelisme dari dulu sampai sekarang.

Engkau buat perkembangan filsafat idelisme dari dulu sampai sekarang.

Bersamaan dengan itu, pastinya, engkau bakal menemukan cerita-cerita yang lain—nah, teks-teks yang lain itu adalah sampingan terhadap apa yang prioritaskan tersebut. Tema-tema lain adalah pelengkap terhadap filsafat idelisme yang engkau cari itu.

Setidaknya, begitulah kegunaan guru: adalah membimbing pemikiran sekaligus mengarahkan dirimu kepada apa yang tepat kepada dirimu.

Dan kembali kepada belajar yang di ulang-ulang:

Adakalanya daya tangkap pemikiran kita tidak langsung layaknya foto-copy, artinya, tatkala kita membaca, seluruh bacaan itu bakal terjaring dalam pikiran kita. Tidak. Adakalnya apa-apa yang kita baca laksana angin berhembus. Laksana angin yang mampir ke tubuh kita. Oleh karenanya, kita harus menangkap ulang apa yang telah kita baca.

Bisa dengan meresume.

Bisa dengan mengambil kata kunci.

Yang pasti penting dituliskan, diketikkan, dimasukkan teks-teks itu kedalam cangkang pemikiranmu. Itu penting, sebab dengan begitu, kita akan teringat dan mengasahnya adalah dengan ulang dibicarakan.

Oleh karenanya, seorang yang dikatakan guru, terkesan pandai dalam suatu bidang keilmuan, karena mereka, hari-hari mereka, terus menerus melatih tentang ‘teks-teks’ yang senantiasa begitu. Dia mendengar lebih banyak tentang ‘teks-filsafat’, dia melihat lebih banyak tentnag ‘teks-filsafat’ dan dia berbicara tentang teks-filsafat: walau pun tataran bicaranya tidak begitu lama, atau durasi waktunya tidka lama, namun tetap sama, setiap hari dalam pikirannya, berkelabetan tentang ilmu filsafat—sebenarnya begitu juga dengan guru-guru yang lain.

Akhir kata, belajar filsafat itu penting diulang-ulang, tujuannya supaya teks-teks filsafat, atau apa-pun yang berkaitan dengan tawaran filsafat, tersimpan baik, tertatata baik, di dalam rongga pemikiran; dan akhirnya, karena seringnya berbicara, merefleksikan, menuliskan, maka ada juga yang menggelari tentang kefilsafatan: entah ahli filsafat, atau tukang filsafat. Walau pun sebenarnya, dia itu mengulang-ulang teks yang serupa dalam durasi waktu yang lama, durasi waktu yang lebih lama dibanding dengan teks yang lainnya. Begitu…

Belum ada Komentar untuk "BELAJAR FILSAFAT PERLU DI ULANG-ULANG!"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel