Idealisme-murni


Idealisme murni adalah sebuah ikatan yang bertambat kuat pada struktur idealisme, yakni lebih mempercayai realitas-yang-lain selain realitas-sekarang, realitas yang lain adalah alam akhirat. Hal itu bisa terjadi, karena manusia Indonesia berbackrone tentang agama, maka sudah pasti menjadi manusia religious, dalam kereligusan ini, pemuka-pemukanya adalah orang yang kuat menjalankan idealism-murni, yakni lebih mengutamakan terhadap akhirata, dan dunia adalah sekedar sampingan belaka.

Dunia sekedar alat untuk mencapai negeri akhirat. Apa-pun itu tanggapan tentang keduniaan, adalah hal yang wajar, dan diterima.

Tokoh-tokoh idealime-murni, dapat dibagi menjadi dua golongan

a. Golongan pertama, adalah orang-orang zuhud yang benar-benar menjauhi dari ranah keduniaan, mengabaikan sesuatu tentang keduniaan. Sangat-sangat jauh tentang keduniaan. Enggan menerima keduniaan. Ia berpikir, menolak keduniaan secara penuh. Hidup dalam kemiskinan materi namun sangat menikmati hidup di dunia materi.



b. Golongan kedua, adalah orang-orang zuhud kota, yakni orang-orang yang tidak menjauhi keduniaan, namun menerima dunia ala kadarnya dan malah bahkan sangat-sangat menikmati sesuatu yang berkaitan dengan kemajuan keduniaan. Pola pikirnya, tidak ada yang salah dengan kemajuan sains, nikmati saja kemajuan sains, pokok utama adalah bagaimana indvidu menerima dunia.

Dan keduanya dipisah menjadi dua golongan:

a. Golongan Zuhud Murni:



1. Menjadikan pondok pesantren dan ajarannya murni



Maksudnya, pengketatan orang-orangnya cenderung kepada hal-hal tradisional, menepiskan tentang kemajuan zaman, dan ajarannya pun, tidak harus menekankan tentang kebaratan. Berorientasi ketat atas nama kearaban: pelanyahan adalah pelanyahan agama arab, atau lebih condong kepada hal-hal mistik (rahasia) sebab, dalam tradisi rahasia, tentunya, ada dunia-lain selain dunia realitas, dan mereka percaya kuat dengan hal tersebut.



2. Manusia biasa hidup bermasyakat menggantungkan diri sosok Kiai

Hidupnya selayaknya hidup. Tidak muluk-muluk. Mengkuti tradisi yang berkembang di antara masyarakat. Kezuhudannya bisa jadi tidak Nampak dengan terang, karena mengikuti daerah yang ditinggali.

Ada juga tipikal dengan mengikuti tradisi dari sosok kiai, tidak harus melek terhadap sesuatu yang bersifat keduniawiannya. Malah bahkan menjauhkan diri dari ‘kehidupan’ duniawi: lebih memilih pindah ke lingkungan yang sepi atau ke lingkungan yang jauh dari kemodernan. Dunia baginya adalah sebuah godaan yang sarat harus dijauhi, dihindari. Tidak ada cara lain selain mengungsi.

b. Golongan Zuhud Kota



1. Menjadikan pondok pensantren dan ajarannya kekotaan

Pondok pesantren yang berbasik menerima-keduniaan, namun dunia sebagai alat. Alat untuk menuju akhirat. Oleh karenanya, bentuk-bentuk bangungan adalah bentuk yang bergaya-kota. Dan pengajarannya didukung dengan kemajuan zaman, dan sarat dengan nilai-nilai kekinian: karena hubunganya dengan masyarakat yang lebih luas. Masyarakat yang terpandang. Bergelar dan hal-hal yang diklaim tinggi. Mereka membutuhkan asupan spiritual, mereka mendatangi orang-orang pezuhud ini: alasannya, lebih sesuai apa yang dimau oleh pendatang.



2. Manusia biasa hidup bermasyarakat kota dan konfirmasi dengan kiai



Efek yang terjadi adalah mereka masyarakat kota, menjalani rutinitas kehidupan kota, tidak menglamorkan diri dengan kehidupan kota, hanya menikmati apa-apa yang ditawarkan kekotaan: menikmati ranah-ranah sains yang dimiliki kota. Tujuannya, tentu sekedar alat untuk menikmati dunia, dan dirinya, masih sarat dengan prinsip: dunia-riil adalah alat untuk ke akhirat. Akhiratlah yang paling diutamakan. Dan gaya berpakaian mereka tidak mudah diketahui apakah dia pezuhud atau tidak: mereka tidak terikat untuk hal-hal yang sangat islami.

* Tulisan ini belum disempurnakan. Saya jadikan sebagai bahan diskusi, kalau mau.

sebelumnya penting membaca ini:
memetakkan filsafat nusantara
melacak filsafat manusia nusantara

Belum ada Komentar untuk "Idealisme-murni "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel