MEMETAKKAN FILSAFAT NUSANTARA









Sebelumnya saya telah mengklaim, bahwasaya dengan dukungan alam, dan kesuburan alam, (Saya juga telah memetakkan lebih lanjut tentang hubungan alam, dan bagaimana alam itu bisa menjadikan manusia berpikir tentang hal mistik—berpikir hal yang rahasia—) maka filsafat nusantara adalah idealisme-materialisme. Yang kemudian menyebar menjadi idealisme-murni, materalisme-murni dan idealisme-materialisme: ketiganya itu menjadi dalam waktu yang bersamaan.

a. Idealisme-Murni

Idealisme yang dianut manusia-nusantara adalah idealisme yang bertaut dengan konsep keagamaan, yakni konsep negeri akhirat. Sejauh dimengarti, maka agama yang diterima di nusantara adalah agama yang selaras system-endingnya.

Kemudian, yang saya sebut dengan idealisme-murni, adalah mereka yang mendirikan bangunan-bangunan untuk keagamaan, yang dari itu, maka orang-orang tersebut (dalam lingkaran tersebut) menelaah dan berupaya untuk menyempurnakan tentang keagaamaannya.

Maka satu persatu dari kelompok agama tersebut, mencuat kehebatan murni terhadap bidang keagamaannya, bahkan menjadi manusia-manusia yang ngelupas tentang keagamaan. Selain itu, mereka terdukung oleh lingkungan dari keagamaan. Saya contohkan, agama islam, maka dari sana, akan datang orang-orang dari arab, tinggal di Indonesia, lebih mengokohkan semangat-keislaman: entah itu keislaman yang kental dengan nuasa nusantara, atau islam yang layaknya arab. Yang jelas, pola pikir dan jalur pengetahuan adalah sarat dan kuat terhadap keislaman.

b. Materialisme-Murni
Yang dimaksud dari materialisme-murni, adalah perkembangan orang-orang pecahan idealime-materialisme, dan ini adalah sisi dari materialism: mereka gencar terhadap sesuatu yang bersifat materi. Sibuk dengan sesuatu yang bermateri, sangat kental dengan nuasa materi. Karena mereka berada dalam lingkungan idealisme-materialm, maka jalannya pasti bertemu dengan idealisme, dan mereka penyokong terhadap sesautu untuk idealisme, pemberi modal, atau sebangsanya, yang jelas mereka adalah alat untuk idealisme, dan alat itu dikencangkan: bahasa lainnya, menompang idealisme.

Lebih dari itu, mereka lebih melesat ke hal-hal yang bersifat duniawi, dan merujuk ketat pada eropa—sebab eropa adalah pusat peradaban, pusat jalur kemanusiaan secara keumuman manusia. Mereka mendukung jalannya sains, mereka turut meramaikan tradisi keeropaan, tujuannya tentu tentang hal yang bersifat materi. Dan mereka masuk dalam kalangan capital. Sehingga, sangat wajar, jika kabar tentang marksis merebak di Indonesia.

Sebabnya, karena dukungan alam, menyediakan alat untuk menjadi capital, sebab utama adanya, kaum pekerja: kalau tidak dikendalikan oleh diri-indonesia, maka akan dikendalikan oleh diri-luar-indonesia. Mau tidak mau: harus ada yang memperkasai tentang hal ini.

C. Idealisme-materialisme
Seperti telah saya ungkapkan sebelumnya, bahwa ini adalah dasaran filsafat manusia-nusantara, tidak bisa melepas dari kapasitas ini, sehingganya akan terus melesat menjadi dasaran umum manusia-nusantara. Sekalipun zamannya berkembang lesat, masih mengunakan filsafat ini: sebabnya, karena agama telah mendarah daging, agama telah menyatu bersama mereka, dan lingkungan mendukung untuk itu. Meruntuhkan ini, tidak bisa, karena berjalannya waktu: selalu ada tiga tahap kemanusiaan: anak-anak, dewasa, orang tua. Ketiganya saling melengkapi.

Satu, anak-anak adalah mengikuti system yang dibuat orang tua/bermain-main/turut bekerja/ menjalankan keagamaan.

Dua, orang tua membuat system keagamaan, bisa jadi, karena tobat dengan keagamaan/menerima kehidupan/pertobatan/ dunia-mengalir..

Ketiga, dewasa, bisa jadi mereka yang mengisukan tentang kekaburan keagamaan/ giat bekerja/ giat mencari dunia/ menikmati keduniaan.

Dari ketiga itu, maka idealisme-materialisme bakal terus berlajut.

Demikian…

Belum ada Komentar untuk "MEMETAKKAN FILSAFAT NUSANTARA "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel