NASIHAT: Tentang Penceramah Televisi

tentang penceramah televisi_hidayat tf




Kalau engkau tidak sibuk, tontonlah, ambillah hikmahnya, ambillah yang layak diambil, dan janganlah ambil apa yang bagimu tidak layak di ambil. Kenalilah, penceramah televisi itu adalah menyesuaikan dengan kondisi rakyat indonesia, terlebih lagi, yang kau lihat adalah televisi yang berstatus tentang keindonesiaan: mengepa demikian, karena yang diincar dari pemilik-siar adalah uang, maka yang diundang penceramah yang sesuai dengan selera rakyat.

Selera rakyat yang seperti apa? Maka kita perlu mengetahui tentang sejarah penceramah di indonesia—sejarah penceramah di indonesia, dominasi menawarkan humor, menawarkan refleksi humor. Humor dalam penceramah biasanya mengandung dua fungsi: humor yang mengajak berpikir, dan humor menertawakan keislamannya. Begitulah kecondongannya.

Jangan geger soal mempertanyakan keilmuan si penceramah, jangan. Mereka itu dibekali pandai berbicara dan layak menjadi juru bicara islam. Soal tanggungan ‘materi’ yang disampaikan, tentu itu tanggungan ‘subjektif’.


Ketika si penceramah tidak sesuai dengan kondisi rakyat, maka bisa jadi si penceramah tidak akan di undang kemudian. 

Ketika si penceramah tidak sesuai dengan keislaman, maka bisa jadi ia mendapatkan kritikan dari tukang ‘kritik’ keislaman.

Ingatlah, islam itu bukan berdiri menjadi satuan-satuan, namun himpunan-himpunan: ada yang tukang menyampaikan, ada yang tukang pengkritikan, ada yang menancapkan kedamaian, ada yang menimbulkan keresahan, ada yang menimbulkan dialog keislaman. Semuanya itu menjadi kelengkapan ilmu islam dan pertahanan keilmuan islam.


Dengan seperti itu, maka ilmu-islam atau agama islam, akan tetap sesuai dengan zamannya. Secanggih apa-pun zamannya, tawaran keislaman pasti akan masuk pada ranah idealisme kelas tinggi—saya katakan itu, karena engkau tatkala membaca al-quran, mampu berfantasi dalam dunia al-quran, taufik, dan setengah hari penuh engkau laksana ‘terjebak’ dalam tawaran ‘teks’ al-quran, hal itu terjadi karena engkau bertambah pengetahuan tentang keislaman—.

Jangan geger soalkan tentang kualitas si penceramah di televisi, jangan. Cobalah perhatikan apa-apa yang mereka bicarakan: kalau kau menemukan sesuatu yang tidak sesuai, cobalah tulis surat, bacalah suratmu sekali lagi, bila perlu kirimkan suratmu pada si penceramah, hal itu akan lebih baik untukmu, Taufik. Sebab, engkau ditantang sendiri tentang ‘pengetahuan’ keislamanmu; kejelian dirimu dalam ‘pengamatan’, dan kematanganmu tentang ilmu ‘keislaman’. 

Ingatlah, kalau engkau sibuk dengan dunia-keilmuan-islam, tentu engkau sangat menyadari, bahwa ‘penceramah’ adalah kesimpulan individu-pelajar terhadap pelajarannya: mengambil beberapa hadist dari banyaknya hadist yang ada. Mengambil beberapa ayat dari kebanyakan yang ada. Kalau engkau sibuk dengan dunia-keilmuan-islam, tentu engkau bakal jarang waktu untuk mendengar tentang ceramah televisian, karena waktumu dipungut habis untuk mengkaji keilmuan. 

Bukankah sekarang adalah tentang engkau menyediakan waktu untuk melihat ceramah ditelevisi?

Percayalah apa yang mereka bunyikan, sekali pun, berbeda aliran, tetap saja mereka adalah bagian untuk mengokohkan agama islam. Menguatkan tentang agama islam. Perbedaan dalam islam itu tidak dilarang, Taufik. Perbedaan adalah rahmat. Maka jangan paksakan untuk menjadi satu kesatuan. 

Ringkas kata, jangan soalkan tentang penceramah di televisi, simaklah dengan teliti, bahwa tatkala di berada di televisi, maka mereka semakin menyadari: siapa-siapa yang melihat, siapa-siapa yang mendengar: tujuan mereka, pastinya manusia indonesia, khususnya. Muslim indonesia, khususnya. Seringkas itu, Taufik. 

Nikmatilah... 

Belum ada Komentar untuk "NASIHAT: Tentang Penceramah Televisi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel