TENTANG UJIAN 'BAHASA': Kita 'Dipaksa' Harus Mengetahui Sekali pun Kita Tidak Mengetahui
Rabu, 11 Januari 2017
Tambah Komentar
Ujian Bahasa Syarat Untuk Wisuda: TOEFL
Persiapkan dirimu matang-matang terhadap kajian bahasa, kalau tidak, maka engkau tidak akan lulus kuliah, karena syarat sebelum lulus kuliah adalah harus test bahasa, hal itu di anjurkan. Di anjurkan untuk intelektualitas kita.
Kita telah digiring untuk menjadi orang yang hebat tentang bahasa.
Bahasa inggris, bahasa arab, sekaligus bahasa Indonesia:
Oleh karenanya, hari-hari dirimu harus kencang-kencang menggunakan ketiga bahasa tersebut. Cara terbaik belajar bahasa adalah mengaktifkan bahasa. Melakukan bahasa menjadi bahan keseharian kita. Itulah syarat kalau mau lulus ujian bahasa.
Itulah syarat kalau mau ‘lulus’ secara objektif.
Itulah syarat kalau mau ‘lulus’ tanpa prasangka.
Prasangka adalah menyerahkan dirimu untuk ujian, dengan anggapan engkau tidak belajar. Jangan anggap dirimu akan lulus bahasa kalau tidak belajar.
Atau jangan-jangan engkau test bahasa dengan bermodal:
Saya test bahasa, tahu tidak-tahu harus test, dan saya berharap lulus, pokoknya lulus: modalnya, walau pun memilih asal-asalan, menconteng pilihan sesuka-hati, bermodal yakin. A ha ha ha… Soal kebenaran tahu dan tidak tahu, kalau objektif menyatakan saya lulus: tentu saya lulus dan mendapatkan sertifikat, dan sah. Asyik…
Yang saya butuhkan adalah sertifikat kebahasaan, bukan tentang keilmuan bahasanya.
Yang saya butuhkan adalah sertifikat kebahasaan, bukan tentang bisa-atau-tidaknya: pokoknya test.
Karena itu syarat untuk kelulusan. Itu syarat untuk kelulusan kuliah.
Ujian Bahasa Sebagai Formalitas Keilmuan
Kita tidak bisa menantang tentang formalitas keilmuan akademik, tidak bisa menghelak tentang keberadaannya. Tidak bisa. Tujuan dari orang-orang akademik adalah menganjurkan agar kita cerdas-cerdas dan pintar-pintar, menjadi orang yang paham berbahasa.
Kenapa kita? Karena kita berada di dalam akademik dan tidak bisa protes dengan keberadaannya: oleh karenanya, kita harus belajar rajin-rajin tentang bahasa inggris, baiknya juga kita komunikasikan sebagai bahasa keseharian.
Lupakan tentang bahasa kedaerahan—lupakan, bahasa kedaerahan tidak menjamin nilai objektif.
Lupakan tentang bahasa kedaerahan—lupakan, bahasa kedaerahan tidak dibutuhkan dalam akademik.
Kalau keseharian kita tidak menggunakan bahasa-inggris, tentunya kita akan kacau kalau test bahasa inggris: kacaunya, karena kita tidak mengetahui apa yang dibaca.
Kita laksana membaca teks-yang-kosong sama sekali dan kita tidak tahu. Kalau kita benar-benar tahu tentang teks tersebut, tentu sangat mudah mengerjakan soal bahasa inggris.
Test bahasa inggris itu layaknya test bahasa Indonesia. Mending bahasa Indonesia bisa dipahami, lha bahasa inggris: kita sekedar melihat tanpa tahu apa yang ada di hadapan kita—itulah tantangan bagi orang bodoh. Oleh karenanya, mau tidak-mau, kita harus belajar.
Walaupun tujuanmu sederhana, kuliah supaya kelak mendapatkan kerja, tapi tetap saja, bahasa itu penting. Bahasa itu sebagai alat untuk komunikasi. Zaman sekarang adalah zamannya international.
Kita harus menyesuaikan dengan international. Ayo gunakan bahasa inggris sehari-hari:
Bahasa Indonesia… itu bagi nilai akademik kurang penting, sekali pun tetap saja penting.
Bahasa daerah… itu bagi nilai akademik, sangat idak penting sekali. Tidak penting sekali.
Yang penting adalah tentang bahasa inggris—mungkin bukan bahasa inggrisnya, tapi sertifikatnya. Kalau tidak begitu: siap-siap saja kita beli sertifikat bahasa inggris: bagaimana?
2017
Belum ada Komentar untuk "TENTANG UJIAN 'BAHASA': Kita 'Dipaksa' Harus Mengetahui Sekali pun Kita Tidak Mengetahui"
Posting Komentar