Teks dan Dialog Pembacaan

Hidayat tf_teks dan dialog_postmodern



Apa itu teks?

Saya berusaha memahami apa itu teks? Yakni berbentuk tulisan, atau rangkaian kalimat yang bisa dimengerti. Yang mampu dipahami—hal itu terjadi karena telah ada pembagian pengetahuan yang ditularkan: tujuannya untuk mengerti, dan dari pengertiannya itu, ditunjukan untuk kesetaran hidup, kebersamaan hidup— seringkas kata: teks adalah informasi, dengan tujuan yang beragam: bisa berupa petunjuk, pengingat, pemberitahuan, kabar berita, atau pesan.

Apa itu dialog-teks?

Dialog-teks yang saya maksud adalah tatkala membaca pasti ada dialog diantara teks dan individu ‘penangkap’ teks. Dialog yang tidak seimbang, kadangkala, atau dialog satu arah—komentar dari teks namun tidak bisa dikomentari, komentar dalam hati, karena teks tetap menjadi teksnya individu--: hal itu pun kalau si pembaca teks, memahami bahwa fungsi dari teks adalah menyampaikan dan bisa dialogkan. Dialog secara real (bertemu) atau dialog secara teks (balasan teks).

Mengapa teks diperlu ditekskan?

Saya berusaha mengerti, mengapa mereka menuliskan sebuah teks. Pasti ada maksud tertentu mengapa mereka menyampaikan teks. Artinya tujuan dari penulisan teks: setelah saya amat-amati, pangkal utama dari ‘pengabaran’ teks, adalah bahwa dirinya ingin mengeluarkan dirinya dari ketidak-teksan. Mengeksistensikan dirinya—yakni akal dan hatinya—untuk menjadi teks, yang mampu dibaca. Dan pada akhirnya, saya berkesimpulan, seorang menulis itu berkepentingan untuk membagikan akal-hatinya sehingga teks tersebut menjadi ‘unik’ (maksudnya berbeda dengan orang lain).

Seandainya mereka tidak mengabarkan teks, toh tetap saja hidup, hanya saja, kalau tidak ditekskan, maka kehidupannya tidak akan mampu menjangkau sesuatu yang banyak. Sebab, lintasan teks mampu mengikuti jalannya waktu, dan tidak hilang dengan mudah layaknya manusia berbicara.

Mengapa teks dikatakan dialog?

Tujuan dari teks adalah pembacaan teks. Itulah tujuan awal. Dari pembacaan, maka akan menjadi interaksi, sekali pun interaski ada bantahan atau komentar. Antara pro dan kontra. Layaknya manusia berbicara: kalau tidak ada interaksi maka menjadi menjadi hampa. Laksana berbicara sendiri. Oleh karenanya, si penulis teks, tatkala menulis, pasti mempunyai sasaran yang akan membacanya. Apa-apun itu, pasti mempunyai objek sasaran pembaca, yang lebih khusus pembaca yang serupa dengan jiwa pengabar teks.

Maksudnya, si penulis menulis bagi jiwa yang sama dari penulis. Jiwa yang orientasinya sama, pasti akan membaca teks tersebut. Bisa jadi teks menjawab pertanyaan dari pembaca. Bisa jadi teks adalah kesamaan ungkapan yang mestinya diungkapkan.

Dan tatkala prosesi membaca, maka disitulah dialog tercipta. Dialog bisa diartikan interaksi:

Interaksi teks dengan pembacaan. Yang kemudian, menjadikan interaksi pembaca dengan jiwanya sendiri. Interaksi jiwa penulis, jiwa pembaca dan tubuh pembaca (tubuh adalah komponen utama sipembaca: mata adalah alat utama, pikiran adalah untuk mengetahuinya dan hati untuk merasakannya)

Menginti sari teks dialog pembacaan

Bahwasanya ada inter-aksi dari pembacaaan. Pembacaan bukan sekedar lintasan mata belaka, kalau sekedar lintasan mata, maka masih perkenalan—sekali pun telah menjalin interaksi. Tahap selanjutnya, adalah dialog yang diketahui, maka si pembaca mengetahui apa yang baca. kemudian, dialog yang memahami, maka si pembaca mengetahui benar apa yang dibaca, yang kemudian, mampu menciptakan dialog baru: entah berbentuk kritik, komentar, sanggahan, atau persetujuan.

Demikian. Semoga bermanfaat..

Belum ada Komentar untuk " Teks dan Dialog Pembacaan "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel