NASIHAT: BICARA YANG DIDENGAR

Hidayat tf_postmodern_bicara yang didengarKalau kau tidak suka disela kata-katamu. Kalau kau merasa sakit-hati bila omongamu diputus. Menulislah. Tuliskanlah apa-apa yang ingin engkau bicarakan. Engkau akan mengetahui sebenarnya apa maksud pembicaraanmu itu: dan engkau akan mengerti, mengapa engkau tidak hati atau marah tatkala kata-katamu disela atau dipotong.

Sebabnya, engkau salah tempat tatkala menyampaikan. Sebab ini pembicaraan basa-basi, pembicaraan ringkas, malah engkau jadikan ajang penceramahaan, tentu mereka enggan menerima ceramahmu. Dan aku tahu apa tujuanmu:

supaya mereka memahami bagaimana pemikiranmu.

Engkau menyadari bahwa yang kau pikirkan benar.

Terlebih lagi, diam-diam engkau membatin, ‘aku yang hebat daripada kamu.’

Kenalilah, kau harus mengerti tempat tatkala berbicara. Jika dalam hal nyata, maka berbicaralah seperlunya. Jangan lebatkan tentang arah diskusi. Jikalau memang ruangnya diskusi, maka berdiskusilah. Dan tetap, kalau diskusi menggunakan aturan diskusi:

Ada batasan yang jelas dari diskusi.

Membawa bahan yang jelas dari diskusi.

Membawa tema yang selaras dari diskusi.

Dan saling membawa tema sesuai diskusi.

Dengan begitu, barulah terjadi, sesuatu yang namanya diskusi. Satu persatu menggelontarkan pernyataan, alias kesimpulan, lalu saling curhat, saling membagi, tujuannya: untuk lebih mengokohkan tentang tema tersebut. Barulah disitu akan terjalin diskusi yang rapi dan bertujuan.

Tentu boleh kalau tidak mempunyai naskah.

Tentu boleh kalau tidak membawa naskah.

Namun tetaplah, lebih baik, diskusi itu membawa naskah, tujuannya supaya tema yang dibicarakan, tidak ngelantur. Itu saja. jikalau tidak begitu, maka tutuplah mulutmu lagi. Simpanlah pemikiranmu.

Tunggulah masa yang tepat untuk menyampaikan pemikiran. Pasti ada masa yang tepat.

Kenalilah, pemikiranmu lahir karena orang-orang juga memikirkan hal yang serupa: kenapa bisa begitu, kita berada pada objek yang sama. Tentu banyak orang yang memikirkan hal sama, namun berbeda-beda, perbedaan itu muncul karena factor yang bermacam-macam. Dari berbedaan itulah, timbullah pemikiran yang satu: itu kamu, kalau kamu lebih mengeksiskan pemikiranmu. Orang-orang akan melihat, orang-orang bisa menyetujui—kalau pada pihak yang sama—orang-orang bisa menolak, kalau pada pihak yang berbeda.

Ringkas kata, kalau omonganmu enggan disela, engkau harus benar-benar mengerti tentang tempat. Mengerti tentang tepat. Tatkala berbicara ringan, atau keadaan sehari-hari, maka gunakanlah bahasa sehari-hari. Jangan masukkan kepada ranah pengetahuan: karena itu bukan tempatnya.

Kenanglah hadist-hadist kanjeng nabi. Pasti berorientasi ringkas dan jelas. Tirulah kanjeng nabi. Pasti kamu bisa. Itulah realitas. Kalau kamu menginginkan berbebicara lebih: menulislah. Karena tidak aka nada yang mampu menghentikan kalimatmu, kalau kau memang terhenti akan puteknya pikiranmu, atau kau kehabisan ide untuk menuliskan apa-apa yang ada di benakmu.

Namun, cara terbaik untuk mengatasi gejala, omongan yang disela dan dipotong. Caranya, lejitkan pengetahuamu. Kalau kau ahli-dalam ilmumu, engkau akan berbicara sendiri. Dan yang lain mendengar pasti, sekali pun bisa jadi engkau dikritik, diteliti kata-katamu: maka itulah interaksi ilmu-pengetahuan, taufik.

Laksanakanlah…

Belum ada Komentar untuk " NASIHAT: BICARA YANG DIDENGAR "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel