MENCARI JATI-DIRI: Pengetahuan diri


Kalau kau ingin mendapatkan ‘keakuanmu’: jadilah dirimu sendiri.

Jadilah dirimu sendiri.

Anggap tak ada siapa-pun kecuali dirimu

Tak ada yang mendengarmu.

Tak ada yang melihatmu.

Taka ada yang memperhatikanmu.

Tak ada yang menilaimu.

Tak ada siapa-pun kecuali dirimu sendiri.

Jadilah engkau layaknya kaum-primitif. Kaum primtif yang lahir pada masa postmodern. Yang telah mengenal intenet, namun mengabaikan. Yang telah mengenal teknologi, namun mencampakkan. Dan engkau akan menjalani hidup untuk ini:

Sandang, pangan dan papan. Yakni, pakaian, makanan dan rumah.

Karena tak ada siapa pun. Tak ada yang melihatmu. Tak ada yang mendengarmu.

Kau boleh:

Tidak berpakaian.

Tidak berumah.

Tidak mencari makanan.

Sebab sebagaimana telah engkau ketahui, alam telah tersedia dengan keberlimpahan tumbuhan. Dan bersyukurlah kalau engkau ‘berimajenasi’ di suatu negeri yang kaya rempah-rempat seperti Indonesia.

Tidak gersang seperti arab.

Tidak dingin seperti eropa.

Maka hidupmu adalah jalan-jalan, menikmati waktu, menikmati jalinan waktu—ingat, tak ada siapa-pun. Tak ada seorang pun. Engkau telah menjadi dirimu sendiri.

Tak ada yang mengusikmu.

Tak ada yang melarangmu.

Untuk apa larangan? Tidak berguna.

untuk apa aturan? Tidak berguna.

Aturan sepenenuhnya adalah milikmu. Semua bumi bisa kau aku menjadi bumimu. Tak ada yang bakal protes dengan perakuanmu. Terlebih lagi, kau boleh mengaku-aku sesuka hatimu. Sesuka-suka dirimu. Akuilah apa-pun itu sekehandakmu. Ingat, tak ada seorang pun selain dirimu. Hanya dirimu. Sendiri. Berpetualangan di negeri.

Lalu engkau kunjungi negeri demi negeri. Jalan kaki. Atau engkau kalau mampu membuat kapal dari kayu, merakit, laksana di film-film itu—masak untuk membuat kapal ala kadarnya tidak bisa. Pasti bisa.

Kalau kau takut diombang-ambingkan gelombang lautan. Janganlah nyempulung. Janganlah menggunakan lautan. Karena kamu telah mengetahui bahwa lautan itu mempunyai gelombang dan gelombang itu bisa kencang dan bisa kuat. Karena engkau telah mengetahui arah mata angin, maka engkau penting membuat sauh. Karena engkau telah mengetahui bahwa untuk jalan harus menggunakan dayung, maka buatlah dayung. Dan kalau kau takut menyeberang lautan, janganlah nyebrang. Jalan kakilah.

Itulah kalau kau menjadi diri sendiri.

Di sini, yang saya tawarkan adalah tentang kesadaran bahwa engkau hidup berada dalam aturan-aturan, ikatan demi ikatan, jalinan kemanusiaan, interaksi kemanusiaan, dipengaruhi lingkungan. Lebih tepatnya, saya ingin engkau sadar diri: bahwa engkau terikat dengan hal-hal tersebut.

Engkau menjadi seperti sekarang, karena masa-lalu.

Lihatlah masa lalu.

Kenanglah peraturan-peraturan apa yang mengikatmu.

Apa saja yang melekat dalam memorimu.

Siapa yang menjadi inspirasi dalam hidupmu? Siapa? Pasti ada. Paman, pakde, bibi, kakek, nenek, imam masjid atau gurumu. Pasti ada di antara itu. atau, engkau terinspirasi oleh artis, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemerintah, tokoh politik, tokoh filsafat.

Kenalilah mereka yang menjadi inspirasimu. Setidaknya bacalah tentang mereka. Carilah informasi tentang mereka. Ini masih perkenalan: karena sekarang, statusnya engkau telah keluar dari goa ‘keakuan’mu.

Keluar dari goa keakuan, berarti mulai menjadi manusia yang baru. Yang telah berpengalaman di dunia dalam-dirinya sendiri. Seringkas kata, saya berkata: sadarilah bahwa engkau hidup dalam keterikatan-keterikatan. Pasti.

Belum ada Komentar untuk "MENCARI JATI-DIRI: Pengetahuan diri "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel