NASIHAT: Tentang Terimalah Dunia Apa Adanya
Minggu, 08 Januari 2017
Tambah Komentar
Terimalah dirimu, apa adanya, Taufik—sekaligus ada apanya. Kata ‘nya’ di sini bermaksud menunjukan kepunyaan tentang ‘ada’nya pengetahuan, pengalaman, sejarah dirimu—apa-pun ‘yang ada’ pada dirimu: entah itu pengetahuan, pengalaman, sejarah-dirimu, struktur keluargamu, keacakan keilmuanmu, maju-mundurnya semangatmu, runtuh-meledaknya gairahmu: terimalah. Terimalah.
Kau tidak bisa menghelak dari sejarahmu.
Kau tidak bisa menyangkal pengalamanmu.
Kau tidak bisa menolak tentang pengetahuanmu.
Sebetapa pun itu sifatnya: sejarah yang buruk, pengalaman yang acak-acakan, pengetahuan yang tidak jelas dan lebih lagi tidak menjurus. Terimalah. Terimalah itu dulu. Kalau aku sudah menerima, pasti akan dibukakan pengetahuan-pengetahuan dirimu. Pasti akan dibukan tabir tentang dirimu. Siapa yang membuka: tentu kamu, kamu sendiri yang membuka, karena ‘penutup’ paling kuat adalah dirimu sendiri. Engkau enggan membuka, malah mengunci, semakin dikunci, sehingga ‘sejarah yang baru’, ‘pengalaman yang baru’ dan ‘pengetahuan yang baru’ belum masuk kepadamu.
Apakah engkau sudah menerima? Dan maukah engkau bagikan kepadaku?
Jawablah pertanyaanmu yang kusodorkan untukmu:
Apakah engkau telah menemukan garis-terang tentang sejarah-hidupmu?
Apakah engkau telah menemukan garis-terang konsentrasi hidupmu?
Apakah engkau telah menemukan focus yang ingin diraih dari hidupmu?
Dan engkau tidak perlu mengelontarkan padaku, sebelum engkau urai dulu tentang sejarah-hidupmu:
Tulislah, garis besar sejarah-hidupmu!
Tulislah, kenapa engkau menjadi seperti sekarang ini!
Tulislah, sesimpel mungkin dan sedetail mungkin!
Tulislah secara kronologi sejak anak-anak sampai sekarang!
Setelah itu, baru kubaca dirimu, kuterka dirimu, kuterka pemikiranmu. Aku tunjukan jalanmu. Aku arahkan pemikiranmu.
Dukungan utama pembukaan ‘tabir-utama’mu adalah engkau kuncinya, Taufik. Sebab engkau pelakunya. Engkau bukanlah aku. Bukanlah dia. Bukan mereka. Engkau adalah taufik. Yang mempunyai tradisi keluarga berbeda denganku. Dan keluargamu mempunyai kecenderungan watak bagaimana? Dan lingkunganmu bagaimana? Dan pertemuanmu siapa-siapa saja? dan tugasmu, melerai itu semua, taufik. Itulah syarat yang terang untuk membuka tabir.
Tatkala tabir terbuka. Maka disitulah: ‘sejarah baru’ akan muncul, ‘pengalaman baru’ mencuat, dan ‘pengetahuan baru’ akan melesat.
Sejarah baru adalah engkau akan mengkaji dan mengamati sekali lagi, lebih jeli, tentang apa-apa yang ada pada dirimu. Engkau akan berkenalan dengan orang-orang baru yang bisa pada hal itu. engkau akan bertemu dengan orang-orang dan membuat jaringan tentang ‘kesamaan’ idemu. Dan engkau akan interaksi kuat tentang hal itu, maka jadilah ‘pengalaman baru’ buatmu.
Pengalaman baru adalah bekas-bekas akitifas kamu mengkaji dan mengamati sekali lagimu itu. itu akan menempel pada otakmu karena itu adalah apa-apa yang engkau cari salama ini: yang bertujuan, mendadani ‘sejarah masa lalumu’ ‘pengalaman masa lalumu’ dan ‘pengetahuan masa lalumu’. Dengan begitu, maka syarat yang utama, engkau harus mengerti konsentrasi dirimu, focus dirimu, focus pencarianmu. Kalau sudah ketemu, maka itu disebut ‘Pengetahuan baru’: urutannya menjadi ‘Pengetahuan baru’, ‘sejarah baru’, dan ‘Pengalaman baru’
Pengetahuan baru adalah karena engkau mendapatkan apa yang ingin engkau cari, bersamaan dengan itu, engkau akan melangkah, bertemu, dan mengamati tentang apa yang engkau cari itu. pencarian itu, taufik, bukan berarti engkau belum menemukan, namun engkau telah menemukan ‘keakuanmu’ lalu engkau mengonfirmasi ‘keakuanmu’. Dan proses pengonfirmasi itu, memunculkan ‘sejarah baru’ dan ‘pengalaman baru’ dan dari keduanya di sebut ‘pengetahuan baru’
Begitulah, taufik. Saya sarankan, engkau amati sekali lagi apa kata-kataku tentang kata kunci ‘sejarah baru’, ‘pengalaman baru’ dan ‘pengetahuan baru’: ayo renungkanlah…
Bersamaan dengan itu, tetaplah terima apa adanya, taufik. Tatkala engkau menerima dunia apa-adanya, memang begitulah keadaannya. Begitulah ke-ada-annya, Taufik.
Terapkanlah…
Belum ada Komentar untuk "NASIHAT: Tentang Terimalah Dunia Apa Adanya "
Posting Komentar